Studi: Vaksin Covid-19 Sinovac Dapat Memicu Respon Kekebalan Tubuh dengan Cepat
Vaksin COVID-19 eksperimental dari Sinovac Biotech, CoronaVac, mendorong respon kekebalan tubuh yang cepat, tetapi tingkat antibodinya lebih rendah.
Editor: Rizki Aningtyas Tiara
TRIBUNNEWS.COM - Vaksin COVID-19 eksperimental dari Sinovac Biotech, CoronaVac, mendorong respon kekebalan tubuh yang cepat, tetapi tingkat antibodi yang dihasilkan lebih rendah daripada pada pasien yang telah pulih dari penyakit Covid-19.
Hal tersebut merupakan hasil yang ditunjukkan oleh uji coba awal pada Rabu (18/11/2020).
Sementara, uji coba tahap awal hingga pertengahan memang tidak dirancang untuk menilai kemanjuran CoronaVac.
Namun, para peneliti mengatakan itu sudah dapat memberikan perlindungan yang cukup, berdasarkan pengalaman mereka dengan vaksin lain dan data dari studi pra-klinis terhadap binatang kera.
Hasil studi vaksin Sinovac muncul tak lama setelah adanya berita optimis pada November ini dari perusahaan pembuat obat Amerika Serikat, Pfizer dan Moderna, serta Rusia yang menunjukkan hasil efektivitas vaksin Covid-19 eksperimental mereka lebih dari 90 persen berdasarkan data sementara dari uji coba tahap akhir.
Baca juga: Vaksin Moderna Tunjukkan Efektivitas hingga 95 Persen, Harapan untuk Pandemi Covid-19?
Baca juga: Dirjen WHO: Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Menghentikan Pandemi Covid-19
Diwartakan Channel News Asia, CoronaVac dan empat vaksin eksperimental lainnya yang dikembangkan di China saat ini sedang menjalani uji coba tahap akhir untuk menentukan keefektifannya dalam mencegah Covid-19.
Temuan Sinovac, yang diterbitkan dalam makalah yang ditinjau oleh rekan sejawat (peer-reviewed) di jurnal medis The Lancet Infectious Diseases, berasal dari hasil uji klinis Fase 1 dan Fase 2 di China yang melibatkan lebih dari 700 peserta.
"Temuan kami menunjukkan bahwa CoronaVac mampu memicu respon antibodi yang cepat dalam empat minggu setelah imunisasi dengan memberikan dua dosis vaksin pada interval 14 hari," kata Zhu Fengcai, salah satu penulis makalah tersebut.
"Kami yakin, hal ini dapat membuat vaksin tersebut cocok untuk penggunaan darurat selama pandemi," kata Zhu dalam sebuah pernyataan yang juga diterbitkan di dalam makalah tersebut.
Para peneliti mengatakan temuan dari studi besar tahap akhir, atau uji coba fase 3, akan sangat penting untuk menentukan apakah respons kekebalan yang dihasilkan oleh CoronaVac cukup untuk melindungi orang dari infeksi virus corona.