Ilmuwan Nuklir Terkemukanya Dibunuh di Dekat Teheran, Iran Tuduh Israel dan Akan Balas Dendam
Ilmuwan nuklir terkemuka di Iran dibunuh di dekat Teheran. Iran menuduh Israel dan menyebut akan balas dendam.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Whiesa Daniswara
"Para pemimpin Iran akan bijaksana untuk menunggu kembalinya kepemimpinan Amerika yang bertanggung jawab di panggung global & menahan dorongan untuk menanggapi pelaku yang dianggap bersalah.
Saya tidak tahu apakah ada pemerintah asing yang mengizinkan atau melakukan pembunuhan terhadap Fakhrizadeh.
Tindakan terorisme yang disponsori negara seperti itu akan menjadi pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional & mendorong lebih banyak pemerintah untuk melakukan serangan mematikan terhadap pejabat asing," tulisnya.
Mohsen Fakhrizadeh adalah ilmuwan nuklir Iran paling terkenal sekaligus perwira senior Korps Pengawal Revolusi Islam elite.
Negara-negara Barat telah lama menganggap Fakhrizadeh sebagai orang yang sangat kuat dan berperan penting dalam program nuklir Iran.
Menurut dokumen rahasia yang diperoleh Israel pada 2018, Fakhrizadeh memimpin program pembuatan senjata nuklir.
Pada saat itu, PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa dia mengetahui Fakhrizadeh sebagai kepala ilmuwan dalam program tersebut.
Netanyahu juga mendesak semua pihak untuk "mengingat nama Fakhrizadeh".
Pada 2015, New York Times membandingkan Fakhrizadeh dengan J. Robet Oppenheimer.
Oppenheimer adalah fisikawan yang mengarahkan Manhattan Project, yang selama Perang Dunia Kedua menghasilkan senjata atom pertama.
Selain itu, Fakhrizadeh dikatakan telah memimpin Project Amad, program terselubung yang didirikan pada tahun 1989 untuk meneliti potensi pembuatan bom nuklir.
Proyek itu ditutup pada tahun 2003, meskipun Netanyahu mengatakan bahwa Fakhrizadeh diam-diam kembali memimpin program untuk melanjutkan Project Amad.
International Atomic Energy Agency (IAEA) telah lama ingin berbicara dengan Fakhrizadeh, sebagai bagian dari penyelidikan terhadap program nuklir Iran.
Iran dicurigai menggunakan program tersebut sebagai kedok untuk mengembangkan bom nuklir.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)