Qatar Kecam Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran
Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel menyuruh 'tentara bayaran' untuk membunuh ilmuwan handalnya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DOHA - Qatar mengutuk pembunuhan Fisikawan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh pada hari Jumat lalu dan menyebut tindakan ini sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyampaikan belasungkawanya saat menelepon Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Sabtu kemarin.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Minggu (29/11/2020), media Iran melaporkan bahwa Fakhrizadeh tewas di rumah sakit setelah mengalami pembunuhan saat ia berada dalam mobil sedannya di wilayah timur Teheran.
Saat berada di dalam mobil tersebut, ia mendapatkan serangan tembakan dan ledakan.
Baca juga: Direktur CIA Era Obama Kutuk Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran
Sebelum tewas, Fakhrizadeh menjabat sebagai Kepala Organisasi Penelitian dan Inovasi Kementerian Pertahanan Iran.
Perlu diketahui, negara Barat telah lama mencurigai Fakhrizadeh sebagai dalang dari upaya Iran dalam mengembangkan senjata nuklir.
Namun Iran membantah keterlibatan Ilmuwan tersebut dalam pengembangan nuklirnya.
Al Thani menekankan bahwa pembunuhan terhadap Fakhrizadeh hanya akan 'menyulut' semakin panasnya hubungan antara negara Barat dengan Iran.
"Ini menyulut kobaran api pada saat kawasan dan komunitas internasional sedang mencari cara untuk mengurangi ketegangan dan kembali ke meja dialog serta diplomasi" kata Al Thani.
Ia pun menyerukan agar Iran menahan diri dalam melakukan pembalasan.
Selama sambungan telepon tersebut, kedua menteri itu meninjau hubungan kerja sama bilateral dan permasalahan yang menjadi perhatian bersama.
Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel menyuruh 'tentara bayaran' untuk membunuh ilmuwan handalnya.
Israel pun menolak untuk menanggapi peristiwa tersebut.
Pembunuhan terhadap Fakhrizadeh ini terjadi saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dijadwalkan meninggalkan jabatannya dalam waktu kurang dari dua bulan ke depan, setelah kalah dalam Pemilu AS 2020 dari pesaingnya, Joe Biden.
Trump selama ini sangat didukung oleh Israel dalam kampanye 'tekanan maksimum' yang ia lakukan di Iran.
Pada Mei 2018, Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan sejumlah negara yang memiliki kekuatan di dunia.
Bahkan ia memberlakukan sanksi ekonomi yang tegas terhadap Iran dan ketegangan pun terus meningkat sejak saat itu.