Bom Hantam Mobil Anggota Parlemen Afghanistan, Tewaskan 9 Wanita dan Anak-anak
Bom mobil menargetkan anggota parlemen Afghanistan Khan Mohammad Wardak. Sebanyak 9 orang tewas akibat ledakan ini.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, KABUL – Bom mobil yang dikendalikan dari jarak jauh meledak di Kabul, ibukota Afghanistan, Minggu (20/12/2020) pagi waktu setempat.
Anggota parlemen Afghanistan, Haji Khan Mohammad Wardak terluka dalam peristiwa ini. Sementara sedikitnya 9 orang tewas, belasan lainnya luka-luka.
"Sembilan orang tewas dan beberapa lainnya cedera dalam ledakan itu," kata sumber di kepolisian Afghanistan dikutip Sputniknews dan Aljazeera, Minggu (20/12/2020).
Bom itu diyakini mengincar kendaraan yang ditumpangi Mohammad Wardak. Sejauh ini tidak ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas pengeboman ini.
Baca juga: Kelompok Taliban dan Pemerintah Afghanistan Capai Kesepakatan Penting
Baca juga: Donald Trump, Sikap Taliban, Pilpres AS 2020, dan Masa Depan Afghanistan
Baca juga: Bentrok Pasukan Afghanistan dan Militan Taliban Tewaskan Puluhan Orang
Ledakan ini menjadi babak terbaru serangkaian serangan teroris baru-baru ini di berbagai lokasi di Afghanistan.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, tercatat ada 35 serangan bunuh diri, dan 507 ledakan bom yang dilakukan Taliban dan kelompok bersenjata lain, termasuk ISIS.
Serangan itu menewaskan lebih dari 480 warga sipil dan melukai lebih dari 1.000 orang dalam tiga bulan terakhir.
Sedikitnya 15 orang tewas dan 20 lainnya luka-luka dalam serangan bom tepat saat ibadah Jumat di Provinsi Ghazni.
Kekerasan yang meningkat di Afghanistan terjadi meskipun pemerintah dan Taliban telah terlibat dalam negosiasi perdamaian di ibu kota Qatar, Doha sejak September 2020.
Korban tewas akibat serangan Minggu disebut bisa meningkat menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tariq Arian.
Korban tewas termasuk di antaranya wanita, anak-anak, dan orang tua. "Para teroris telah melakukan serangan di kota Kabul," katanya.
Serangan itu terjadi ketika konvoi anggota parlemen Khan Mohammad Wardak sedang melewati persimpangan di lingkungan Khoshal Khan di Kabul.
Ledakan itu membakar kendaraan sipil, serta merusak bangunan dan toko di dekatnya. Sumber keamanan mengatakan bom diletakkan di mobil yang diparkir di tepi jalan.
"Itu adalah ledakan dahsyat yang menyebabkan banyak kerusakan rumah di sekitarnya," kata sumber itu.
Rekaman televisi menunjukkan setidaknya dua mobil terbakar, dengan asap hitam tebal mengepul. Kelompok bersenjata ISIL (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas berbagai serangan di Kabul dalam beberapa bulan terakhir.
Termasuk serangan ke sebuah universitas yang menewaskan 50 orang, sebagian besar mahasiswa. ISIS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di pangkalan utama AS di Afghanistan Sabtu lalu.
Menurut juru bicara NATO dan pejabat Afghanistan, tidak ada korban dalam serangan roket oleh ISIS tersebut.
Pemerintah Afghanistan dan Taliban telah mengadakan pembicaraan damai yang bertujuan untuk mengakhiri perang.
Negosiasi digelar di Doha, Qatar selama lebih dari dua bulan. Namun berbagai peristiwa berdarah di Afghanistan tak kunjung berhenti.
Pembicaraan dimulai September, menyusul kesepakatan penting AS-Taliban yang berisi komitmen penarikan pasukan asing dari Afghanistan.
AS setuju menarik semua pasukan dari Afghanistan pada Mei 2021, dengan imbalan jaminan keamanan dan komitmen dari Taliban untuk mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Kabul.
Namun, terlepas dari pembicaraan itu, ibu kota Afghanistan telah dilanda gelombang kekerasan mematikan dalam beberapa bulan terakhir.
Awal pekan ini, Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS, mengadakan pertemuan tanpa pemberitahuan dengan para pemimpin Taliban di Doha.
Ia membahas aspek militer dari perjanjian AS-Taliban Februari 2020. Doha menjadi lokasi negosiasi karena Taliban memiliki kantor perwakilan di negara itu.
Setelah berbicara dengan Taliban, Milley terbang ke Kabul untuk berkonsultasi dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Dia mengatakan, dia menekankan kepada kedua belah pihak perlunya segera mengurangi tingkat kekerasan di seluruh negeri.(Tribunnews.com/Aljazeera/Sputniknews/xna)