Radikalisme di AS Setelah Serbuan ke Capitol Hill dan Pelantikan Biden-Harris
Pengamanan super ketat ini menjawab kekhawatiran FBI dan dinas rahasia AS terkait potensi gangguan keamanan dalam skala serius.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Penyelidik dapat menghadapi tugas yang lebih berat untuk menemukan beberapa orang yang telah dihapus dari platform yang lebih besar.
"Lebih dan lebih penting untuk mengetahui ke mana mereka pergi, terutama jika mereka bergerak lebih jauh dan lebih jauh di balik tabir," kata Carusone.
"Jika Anda kehilangan jejak sepenuhnya, Anda kehilangan saluran informasi itu, Anda kehilangan kemampuan untuk mengidentifikasi indikator-indikator itu, yang berarti lebih sulit untuk mencegah bahaya," lanjutnya.
Evolusi Ala Ql Qaeda Terjadi di Amerika Serikat
Lebih jauh, pensiunan jenderal yang dihormati, Stanley McChrystal melihat ada semacam evolusi ekstremisme AS mirip seperti yang dilakukan Al Qaeda di Afghanistan dan Irak.
Fakta-fakta itu muncul ketika kelompok ekstremis sayap kanan AS menyerbu Capitol AS, dan mengancam nyawa anggota Kongres pada 6 Januari 2021.
Banyak yang mengenakan kemeja QAnon, kelompok pemuja konspirasi yang merasa diri mereka prajurit perang melawan pedofil pemuja setan dalam birokrasi negara.
Ada juga kelompok neo-Nazi dan anti-Semit, termasuk seorang pria yang mengenakan kaus “Kamp Auschwitz”.
Para rasis bersatu mengibarkan bendera Konfederasi di aula Kongres. McChrystal, yang diberhentikan Presiden Obama, cemas akan lahirnya pemberontakan Amerika yang kejam.
“Saya memang melihat dinamika serupa dalam evolusi al-Qaeda di Irak,” kata McChrystal kepada Yahoonews.
“Saat itu generasi muda Arab yang marah atas masa depan mereka, mengikuti seorang pemimpin yang kuat yang berjanji akan membawa mereka kembali ke tempat yang lebih baik, dan dia memimpin mereka untuk merangkul ideologi yang membenarkan kekerasan mereka. Ini sekarang terjadi di Amerika,” jelas McChrystal.
Sekelompok warga radikal telah mengadopsi pandangan garis keras negara, katanya, yang menggemakan narasi “Lost Cause” yang berakar di bagian selatan AS, lama setelah perang saudara.
"Hanya Presiden Trump yang memperbarui slogan “Lost Cause” dengan narasi “Stop The Steal”. “Itu memberi mereka legitimasi untuk menjadi lebih radikal,” ujar eks Komandan Pasukan Gabungan AS d Irak dan Afghanistan ini.
“Saya pikir kita sudah jauh dalam proses radikalisasi ini, dan menghadapi masalah yang jauh lebih dalam sebagai sebuah negara, daripada yang disadari kebanyakan orang Amerika,” lanjut mantan komandan pasukan khusus AS ini.(Tribunnews.com/CNN/Yahoonews/xna)