Setibanya di Moskow, Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Ditahan Pihak Berwajib
Awal pekan ini, terungkap bahwa Navalny telah dimasukkan dalam daftar buronan di Rusia tak lama sebelum tahun baru.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Penasihat Keamanan Nasional Joe Biden, Jake Sullivan mengeritik Moskow dan menyebut penangkapan Alexei Navalny "bukan hanya pelanggaran hak asasi manusia, tetapi penghinaan terhadap rakyat Rusia yang ingin suara mereka didengar."
"Saudara Navalny harus segera dibebaskan, dan para pelaku serangan keji atas nyawanya harus dimintai pertanggungjawaban," tulis Jake Sullivan di Twitter hari Minggu (17/01).
Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga mencuit di Twitter: "Penahanan Alexey Navalny setibanya di Moskow tidak dapat diterima. Saya minta pihak berwenang Rusia untuk segera membebaskannya."
Mengutip dw.com, Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell lewat Twitter mengatakan, "politisasi peradilan tidak dapat diterima."
Baca juga: Alexei Navalny Salahkan Intelijen Rusia atas Serangan Racun Novichok
Seruan Sanksi Eropa terhadap Moskow
Prancis menyatakan "keprihatinan mendalam" atas penahanan Alexei Navalny.
"Bersama dengan mitra Eropa kami, (Prancis) mengikuti situasinya dengan kewaspadaan terbesar dan menyerukan pembebasannya segera," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Beberapa negara Eropa menuntut pemberlakuan sanksi terhadap Rusia.
Kelompok hak asasi Amnesty International mengatakan, pihak berwenang Rusia melakukan "kampanye tanpa henti" untuk membungkam Navalny.
"Penangkapan Navalny adalah bukti lebih lanjut bahwa pihak berwenang Rusia berusaha membungkamnya," kata Natalia Zviagina, Direktur Amnesty International Moskow.
"Penahanannya hanya menggarisbawahi pentingnya tuntutan untuk menyelidiki tuduhan bahwa dia diracun oleh agen-agen negara yang bertindak atas perintah dari tingkat tertinggi," tambahnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)