Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Para Sniper Rusia Latihan Menembak di Suhu Minus 35 Derajat Celcius

Rusia memiliki pangkalan permanen di kutub utara, fasilitas terbesar yang tidak dimiliki negara manapun di dunia.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Para Sniper Rusia Latihan Menembak di Suhu Minus 35 Derajat Celcius
Russia Today/MoD Russia Federation
LATIHAN MENEMBAK - Para penembak tepat Rusia berlatih di tengah suhu minus 35 derajat Celcius di kawasan Arktik, dekat kutub utara. 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Para penembak jitu (sniper) Rusia di armada timur jauh Transbaikal dilaporkan menggelar latihan khusus di tengah suhu minus 30 derajat Celcius.

Mereka membidik target, bergerak, dan menyembunyikan diri di tumpukan salju tebal kawasan Arktik, dekat kutub utara yang membeku.

Kabar penggelaran latihan kelompok sniper Rusia itu diinformasikan layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia, Senin (18/1/2021) waktu setempat.

Latihan melelahkan itu dilakukan penembak jitu militer yang berbasis di wilayah sekira 5.000 kilometer di timur Moskow.

Sebagai bagian dari permainan perang, penembak jitu berlatih menembak musuh yang diejek pada jarak hingga 1.000 meter dalam suhu -35 derajat Celcius (-31 Fahrenheit) sepanjang siang dan malam.

Penembak Jitu Rusia
SUHU BEKU - Sniper Rusia mengujicoba senjata dan berlatih menembak di suhu minus 35 derajat Celcius. Latihan khusus digelar Armada Utara di kawasan Arktik yang beku.

Latihan tersebut termasuk di antara serangkaian tindakan yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan Rusia menghadapi potensi konflik di Arktik yang beku.

Pada Desember 2020, fasilitas penelitian spesialis dibuka kembali di dekat Moskow untuk menguji kemampuan senjata dalam menahan kondisi cuaca ekstrem dan suhu serendah -60 derajat Celcius (-76 Fahrenheit).

Berita Rekomendasi

Menyusul beting es laut Arktik yang surut dari tahun ke tahun, saluran baru telah terbuka untuk pengiriman logistik.

Perkembangan itu menjadikan kawasan Arktik saluran perdagangan yang berharga. Rusia telah menetapkan target setidaknya 80 juta ton barang untuk mengalir melalui perairan yang membeku pada 2024.

Pada saat yang sama, AS telah mengindikasikan mereka dapat memulai patroli kebebasan navigasi untuk menantang dominasi Moskow di lingkaran Arktik.

Awal bulan ini, Menteri Angkatan Laut AS Kenneth Braithwaite mengisyaratkan armada laut AS akan beroperasi kembali secara lebih permanen di lingkaran Arktik.

Dia menambahkan Washington akan beroperasi lebih tegas untuk melawan kehadiran Rusia yang tumbuh pesat di wilayah tersebut.

Fasilitas Khusus Penelitian Senjata di Suhu Beku

Institut Riset Ilmiah Pusat untuk Teknik Mesin Presisi, yang berkantor pusat di luar Moskow, mengumumkan laboratorium mereka telah menerima sertifikasi Negara.

Laboratorium itu  akan mulai menguji dalam waktu dekat berbagai peralatan militer yang dibuat untuk keperluan di wilayah bersuhu ekstrem.

 Didirikan di bawah Uni Soviet, fasilitas itu telah rusak dan peralatannya telah diganti dan dipulihkan kembali pada masa Presiden Putin.

Lewat siaran pers, pejabat institut tersebut mengatakan sertifikasi adalah langkah terakhir untuk memulihkan kemampuan teknologi unik yang telah hilang setelah jatuhnya Uni Soviet.

Dia mengatakan tempat uji akan mulai mengerjakan sejumlah senjata, termasuk senapan, peluncur granat yang dibuat khusus dan meriam kaliber kecil di "suhu ekstrim" serendah minus 60 derajat.

Kondisinya dirancang untuk meniru lingkungan seperti Kutub Utara, tetapi fasilitas tersebut juga akan menciptakan kembali sejumlah medan perang potensial lainnya.

Pengujian untuk melihat apakah senjata dapat menahan iklim tropis akan dilakukan dalam gabungan ruang panas dan hujan, sementara ruang debu meniru tekanan gurun pada mekanisme penembakan.

Arktik telah dianggap sebagai titik api potensial konflik militer Rusia, AS, Inggris, Kanada, dan China. Semua kekuatan itu hari ini menggelar operasi di wilayah tersebut.

Semua berusaha memperluas kemampuan mereka menghadapi konflik di tengah cuaca dingin. Armada Utara Rusia yang paling kuat,  belum lama ini merayakan 285 tahun operasinya.

Kapal-kapal perang canggih dan instalasi unik tergelar di wilayah Arktik Rusia. Didirikan pada 1733, Armada Utara terdiri arsenal militer paling luar biasa Rusia.

Terdiri 41 kapal selam, 37 kapal permukaan, dan pasukan darat menjadikannya kekuatan strategis lintas cabang.

Video peringatan armada itu menunjukkan berbagai latihan militer yang dilakukan, termasuk kapal selam yang menembakkan rudal jelajah dan balistik.

Pembom strategis Tu-95 juga terbang melengkapi simulasi serangan mendadak. Para penyelam militer mengadakan latihan menembak di bawah air.

Unggulan armada adalah kapal penjelajah bertenaga nuklir 'Pyotr Velikiy,' salah satu kapal berbahan bakar nuklir terbesar di dunia.

Admiral Kuznetsov, satu-satunya kapal induk Rusia, yang ikut andil di perang Suriah pada 2016, juga bagian Armada Utara.

Angkatan laut juga memiliki beberapa kapal selam multiguna bertenaga nuklir paling canggih yang dilengkapi dengan rudal jelajah dan balistik.

Dua kapal selam mutakhir,  kapal kelas Yasen-M Severodvinsk, membawa sebanyak 32 rudal jelajah supersonik Onyx dan Kalibr.

Kapal selam kelas Borei Yury Dolgorukiy, dilengkapi 16 rudal balistik nuklir Bulava. Sementara kapal selam kelas Yasen-M lainnya, Kazan, saat ini sedang menjalani uji coba laut.

Kekuatan strategis, yang secara khusus ditugaskan "membela kepentingan nasional Rusia di Kutub Utara," juga mengontrol beberapa pangkalan militer unik di dalam lingkaran Kutub.

Paling menarik adalah pangkalan militer paling utara Rusia, yang disebut Arctic Shamrock.

Pangkalan uniknya adalah satu-satunya fasilitas infrastruktur permanen di dunia yang dibangun di daerah yang terletak 80 derajat lintang utara Khatulistiwa.

Kompleks otonom, yang menempati area seluas 14.000 meter persegi, memungkinkan hingga 150 orang untuk tinggal dan bekerja di sana selama 18 bulan tanpa dukungan eksternal.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, pada Desember 2017, mengatakan, infrastruktur Rusia di wilayah kutub utara itu tak tertandingi oleh negara lain.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas