Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Unjuk Rasa Myanmar Dinilai Seperti Medan Perang, PBB Sebut 18 Orang Tewas Ditembak Pasukan Keamanan

Hingga saat ini masyarakat Myanmar masih terus melakukan unjuk rasa untuk menentang kudeta militer yang dilakukan pada awal Februari kemarin.

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Daryono
zoom-in Unjuk Rasa Myanmar Dinilai Seperti Medan Perang, PBB Sebut 18 Orang Tewas Ditembak Pasukan Keamanan
AFP
Ujuk rasa anti-kudeta Myanmar. Hingga saat ini masyarakat Myanmar masih terus melakukan unjuk rasa untuk menentang kudeta militer yang dilakukan pada awal Februari kemarin. 

Myanmar Seperti Medan Perang

Rekaman media sosial menunjukkan pengunjuk rasa di kota mengangkat orang-orang berlumuran darah ke tempat aman.

Dalam satu gambar yang diterbitkan oleh berita Mizzima, seorang pengunjuk rasa mengangkat tangannya memberi hormat tiga jari saat dia dibawa pergi dengan tandu.

Hormat tiga jari adalah gerakan yang digunakan oleh para demonstran untuk menandakan oposisi mereka terhadap militer.

“Myanmar seperti medan perang,” kata kardinal Katolik pertama negara mayoritas Buddha itu, Charles Maung Bo, di Twitter.

Seorang pengunjuk rasa memakai tanda dengan salam tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 22 Februari 2021.
Seorang pengunjuk rasa memakai tanda dengan salam tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 22 Februari 2021. (Ye Aung THU / AFP)

Baca juga: Dipecat Junta Militer, Duta Besar Myanmar untuk PBB Berjanji akan Melawan Kudeta

Baca juga: Facebook Larang Militer Myanmar Pakai Platformnya

Charles membagikan foto seorang biarawati di negara bagian Kachin, Myanmar utara, yang berlutut di depan barisan petugas polisi.

Penduduk di Yangon bergegas untuk membangun blok jalan darurat, merobek pelat trotoar dan memasang tempat sampah untuk mencegah polisi melakukan pengisian.

Berita Rekomendasi

Di atas tumpukan puing yang digunakan untuk menutup jalan, pengunjuk rasa meletakkan poster Aung San Suu Kyi, bertuliskan 'Dia adalah satu-satunya keyakinan kami.'

Amunisi langsung digunakan di seluruh kota, termasuk Hledan Junction, tempat berkumpulnya pengunjuk rasa, setelah polisi berusaha membubarkan massa menggunakan gas air mata dan granat kejut.

Baca juga: Utusan Myanmar Desak PBB Gunakan Segala Cara untuk Hentikan Kudeta

Baca juga: Massa Junta Militer Myanmar Mengamuk, Serang Demonstran Anti-Kudeta di Yangon

"Kami adalah bagian dari pawai insinyur," kata seorang pengunjuk rasa.

Namun ia akhirnya melarikan diri untuk berlindung di rumah seorang penduduk.

“Polisi mulai menembak [gas air mata] ke arah kami sekitar jam 9 pagi. Kami semua berlari ke arah yang berbeda. Saya tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Saya akan menunggu di sini sebentar dan melihat. Benar-benar buruk, itu menakutkan,” tutur pengunjuk rasa tersebut.

Banyak dari mereka yang turun ke jalan mengenakan masker gas, topi, dan kacamata untuk perlindungan.

Baca juga: Inggris Kembali Jatuhkan Sanksi pada Anggota Junta, Bank Dunia Hentikan Pendanaan Proyek di Myanmar

Baca juga: Organisasi Kemanusiaan Asia Tenggara Serukan Perdamaian dan Dialog untuk Myanmar

Mengingat respons yang semakin kejam oleh polisi pada Sabtu (27/2/2021), ketika gas air mata dan peluru karet digunakan untuk membubarkan massa.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas