Unjuk Rasa Myanmar Dinilai Seperti Medan Perang, PBB Sebut 18 Orang Tewas Ditembak Pasukan Keamanan
Hingga saat ini masyarakat Myanmar masih terus melakukan unjuk rasa untuk menentang kudeta militer yang dilakukan pada awal Februari kemarin.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Daryono
Menurut televisi MRTV yang dikelola pemerintah, lebih dari 470 orang ditangkap pada protes Sabtu (27/2/2021).
Tidak jelas berapa banyak yang ditahan pada Minggu (28/2/2021), meskipun puluhan petugas medis diyakini telah dibawa.
Rekaman media sosial menunjukkan dokter dan perawat dengan jas lab putih melarikan diri ketika polisi melemparkan granat setrum di luar sekolah kedokteran di Yangon.
Baca juga: Bertemu Menlu Myanmar di Bangkok, Retno Marsudi Sampaikan Indonesia akan Bersama Rakyat Myanmar
Baca juga: Indonesia Upayakan Penyelesaian Kekacauan Myanmar, Aktivis Justru Curigai Menlu Retno Dukung Militer
“Mereka menembak warga sipil, mereka teroris. Ada kekejaman yang nyata, ”kata seorang paramedis yang membawa korban luka ke Rumah Sakit Umum Yangon.
Ia juga mengatakan beberapa orang dirawat karena luka tembak yang serius, mayoritas pasien pun masih muda.
Sebelumnya petugas medis melakukan pemogokan sebagai protes terhadap militer.
Namun memilih kembali ke rumah sakit untuk merawat para demonstran yang terluka.
Baca juga: Bertemu Menlu Thailand, Retno Marsudi Bahas Masalah Myanmar
Baca juga: Negara-negara G7 Kutuk Keras Tindakan Kekerasan Militer Myanmar Terhadap Demonstran
Seorang guru di Yangon mengatakan bahwa dia terbangun oleh pesan teks dari murid-muridnya yang mengucapkan selamat tinggal, jika mereka terbunuh dalam protes tersebut.
“Seseorang mengirimi saya pesan dan berterima kasih atas dukungan saya selama bertahun-tahun, diakhiri dengan 'kami mencintaimu, selamat tinggal untuk saat ini' sambil berlindung dari tembakan polisi,” katanya.
Selama tiga minggu terakhir, aksi unjuk rasa telah diadakan di kota-kota besar di seluruh negeri, terkadang dengan ratusan ribu orang turun ke jalan.
Sementara itu, pemogokan nasional yang mendapat dukungan dari dokter, insinyur, pekerja kereta api dan petani, telah membuat negara terhenti, agar bisa melumpuhkan junta militer
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.