Satu Demonstran Antikudeta Militer Tewas di Myanmar
Korban jiwa terus berjatuhan di Myanmar, Kamis (11/3/2021) kemarin satu demonstran tewas di distrik Dagon, Yangon.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Theresia Felisiani
Ia pun melakukan perjalanan selama tiga hari, lebih banyak pada malam hari untuk menghindari deteksi, sebelum menyeberang ke negara bagian Mizoram timur laut, di India.
"Saya tidak punya pilihan," kata Tha Peng kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada hari Selasa (9/3/2021), berbicara melalui penerjemah.
Dia hanya memberikan sebagian dari namanya untuk melindungi identitasnya.
Reuters melihat kartu polisi dan KTP miliknya yang mengkonfirmasi nama itu.
Tha Peng mengatakan dia dan enam rekannya semua tidak mematuhi perintah 27 Februari dari seorang perwira tinggi, yang tidak ia sebutkan identitasnya.
Deskripsi peristiwa mirip dengan yang diberikan kepada polisi di Mizoram pada 1 Maret oleh kopral polisi Myanmar lainnya dan tiga polisi yang menyeberang ke India, menurut dokumen rahasia polisi yang dilihat oleh Reuters.
Baca juga: Suster Ann Roza Kisahkan Keberaniannya Berlutut Lindungi Demonstran di Depan Aparat Myanmar
Dokumen itu ditulis oleh pejabat polisi Mizoram dan memberikan rincian biografi dari empat individu dan akun mereka tentang mengapa mereka melarikan diri.
Itu tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu.
"Ketika gerakan pembangkangan Sipil mendapatkan momentum dan aksi protes yang diadakan oleh demonstran anti-kudeta di tempat yang berbeda kami diperintahkan untuk menembaki para demonstran," kata mereka dalam pernyataan bersama kepada polisi Mizoram.
"Dalam skenario seperti itu, kita tidak memiliki keberanian untuk menembaki masyarakat kita sendiri yang merupakan demonstran damai," kata mereka.
Junta militer Myanmar, yang menggelar kudeta pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah sipil negara itu, tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar.
Junta mengatakan pihaknya bertindak dengan sangat menahan diri dalam menangani aksi demonstrasi.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Kepada Anak-anak Pemimpin Militer Myanmar
Tha Peng adalah kasus pertama yang dilaporkan oleh media polisi, yang melarikan diri dari Myanmar setelah tidak mematuhi perintah dari pasukan keamanan junta militer.
Aksi protes harian terhadap pemerintahan militer sedang digelar di seluruh negeri dan pasukan keamanan telah bertindak brutal.
Lebih dari 60 demonstran telah tewas dan lebih dari 1.800 ditahan, kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, satu kelompok advokasi..
Di antara para tahanan ada nama penerima Nobel Aung San Suu Kyi, yang memimpin pemerintahan sipil.(Reuters/AFP/AP/Channel New Asia)