Arab Saudi Tawarkan Rencana Gencatan Senjata kepada Militan Houthi Yaman
Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud menuturkan bahwa pihak Kerajaan tawarkan rencana gencatan senjata kepada militan Houthi Yaman di bawah naungan PBB
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, menuturkan pihak Kerajaan menawarkan rencana gencatan senjata kepada militan Houthi Yaman, di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Mengutip Al Jazeera, Pangeran Faisal membeberkan, gencatan senjata yang diusulkan kepada Houthi diharapkan dapat menangani "seluruh konflik".
Di antaranya adalah mengizinkan bandara utama di Ibu Kota Sanaa yang dikuasai militan Houthi dibuka.
"Ini akan berlaku segera setelah Houthi menyetujuinya," kata Pangeran Faisal di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh.
"Terserah Houthi sekarang," tambah Pangeran Faisal.
Baca juga: Koalisi Saudi Luncurkan Serangan Udara di Ibu Kota yang Dikuasai Militan Houthi Yaman
Baca juga: Houthi Akui Pasukannya Sebabkan Kebakaran di Pusat Migran Yaman, Tewaskan 45 Orang
Ia menekankan negaranya akan terus melindungi perbatasan, warga dan infrastrukturnya serta "menghadapi agresi Houthi dengan tanggapan yang diperlukan".
"Houthi harus memutuskan apakah akan mengutamakan kepentingan mereka atau kepentingan Iran terlebih dahulu," papar Pangeran Faisal.
Proposal gencatan senjata itu juga akan memungkinkan impor bahan bakar dan makanan melalui pelabuhan barat Hodeidah, yang merupakan pelabuhan masuk utama Yaman.
Serta, memulai kembali negosiasi politik antara pemerintah Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan Houthi yang didukung Arab Saudi,
Soal apakah rencana gencatan senjata itu akan bertahan, masih menjadi pertanyaan lain.
Mengingat, gencatan senjata Saudi yang dideklarasikan secara sepihak tahun lalu runtuh.
Baca juga: Koalisi yang Dipimpin Saudi Sebut 2 Rudal Balistik Houthi Serang Daerah Perbatasan di Selatan Arab
Bukan Suatu Hal Baru
Dalam keterangan Kementerian Luar Negeri yang bermarkas di selatan pelabuhan Aden, tawaran itu disambut baik pemerintah Hadi.
Namun, Houthi mengatakan inisiatif itu tidak memberikan "sesuatu yang baru".