5 Fakta Terusan Suez, Jalur Pelayaran yang Lumpuh Total Akibat Tersangkutnya Kapal Kontainer
Simak 5 fakta menarik tentang Terusan Suez, jalur pelayaran yang tengah lumpuh total akibat tersangkutnya kapal kontainer.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
Pada abad ke-15, bangsa Eropa membayangkan sebuah jalur pelayaran yang memungkinkan kapal-kapal dagang berlayar dari Laut Tengah ke Samudera Hindia lewat Laut Merah.
Sebab, hingga saat itu semua kapal dagang dari Laut Tengah harus mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Padahal, secara otomatis jalur itu membuat durasi perjalanan menjadi lebih panjang.
Setelah menaklukkan Mesir pada 1798, Napoleon Bonaparte mengirim tim surveyor dan secara pribadi untuk menyelidiki Tanah Genting Suez, kemudian membangun kanal dari Laut Merah ke Laut Tengah.
Perancis kemudian membuat studi lanjutan terkait pembangunan kanal ini.
Pada 1854, Ferdinand de Lesseps, mantan konsul Perancis di Kairo, membuat kesepakatan dengan gubernur Ottoman di Mesir untuk membangun sebuah kanal.
Baca juga: POPULER Internasional: Fakta-fakta Konferensi Pers Joe Biden | Lalu Lintas Terusan Suez Terhenti
3. Inggris sempat menentang pembangunan
Perencanaan pembangunan Terusan Suez dimulai pada 1854 ketika Ferdinand de Lesseps, seorang diplomat Perancis dan arsitek berbicara tentang kesepakatan dengan raja muda Mesir untuk menciptakan kanal ini.
Karena kanal yang diusulkan Lesseps mendapat dukungan dari Kaisar Prancis Napoleon III, banyak negarawan Inggris menganggap pembangunannya sebagai skema politik yang dirancang untuk merusak dominasi pelayaran global mereka.
Lesseps kemudian terlibat dalam perang secara publik dengan Perdana Menteri Inggris Lord Palmerston.
Ia bahkan menantang insinyur kereta api Robert Stephenson untuk berduel setelah mengutuk proyek terusan Suez di Parlemen.
Kerajaan Inggris terus mengkritik kanal tersebut selama pembangunannya.
Tetapi kemudian membeli 44 persen saham di jalur air tersebut setelah pemerintah Mesir yang kekurangan dana melelang sahamnya pada tahun 1875.
Alhasil, Inggris menjadi pemegang saham terbesar di Perusahaan Terusan Suez.
Setahun kemudian, terusan ini menjalani beberapa perbaikan dan menjadikan satu pelayaran paling sibuk di dunia.