Australia Kembali Laporkan Kasus Pembekuan Darah setelah Terima Vaksin AstraZeneca
Australia kembali melaporkan kasus pembekuan darah setelah vaksinasi AstraZecena Plc pada Selasa (13/4/2021).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Australia kembali melaporkan kasus pembekuan darah setelah vaksinasi AstraZecena Plc pada Selasa (13/4/2021).
Meski demikian, Reuters melaporkan, tak ada peningkatan pembatalan jadwal vaksinasi.
Diketahui, pihak berwenang bekerja lebih keras untuk menyusun kampanye vaksinasi yang dinilai kurang rapi.
Pekan ini, Australia disebut membatalkan rencana untuk memvaksinasi hampir semua penduduknya pada akhir tahun.
Keputusan ini diambil mengingat adanya laporan dari regulator obat Eropa yang menemukan kasus pembekuan darah yang langka di antara penerima dewasa dosis AstraZeneca yang diperkirakan memiliki hubungan.
Baca juga: Imbas Perang Dagang Australia - China, Harga Batubara Acuan Naik Jadi USD86,68/ton
Baca juga: Mengenal Vaksin Covid-19 AstraZeneca, dari Kandungan hingga Efek Samping
Hal ini mendorong pejabat Australia untuk merekomendasikan mereka yang berusia di bawah 50 tahun untuk menerima vaksin Pfizer Inc daripada suntikan AstraZeneca, sehingga program vaksinasi menjadi berantakan.
“Kami telah mengantisipasi potensi penurunan yang signifikan (dalam jumlah vaksinasi, tetapi itu) bukan yang kami lihat pada tahap ini,” ucap Menteri Kesehatan Greg Hunt mengatakan kepada wartawan di Canberra.
Sementara itu, pihak berwenang mengatakan pihaknya tidak memiliki rencana untuk menambahkan vaksin satu dosis dari Johnson & Johnson ke dalam program vaksinasinya.
Sebab, Australia ingin menjauh dari pengadaan vaksin yang sedang ditinjau kemungkinan kaitannya dengan pembekuan darah.
Baca juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Bermasalah, Eropa Temukan Kasus Pembekuan Darah
Vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson dan AstraZeneca menggunakan adenovirus, kelas virus flu biasa yang tidak berbahaya, untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel-sel tubuh dan memicu respons imun.
Kedua produk tersebut sedang ditinjau oleh regulator obat Eropa setelah menemukan kemungkinan adanya kaitan dengan pembekuan darah, meskipun dikatakan keuntungannya masih lebih besar daripada risikonya.
"Pemerintah tidak berniat untuk membeli vaksin adenovirus lebih lanjut saat ini," kata juru bicara kementerian kesehatan kepada Reuters.
Baca juga: Cara Menkes Upayakan Vaksin AstraZeneca: Temui Menlu Inggris Hingga Bersurat ke Presiden GAVI
Vaksinasi Australia Bergantung pada AstraZeneca
Upaya imunisasi Australia sangat bergantung pada vaksin AstraZeneca, dengan rencana untuk memproduksi 50 juta dosis di negara tersebut.
Perubahan kebijakan tersebut mendorong pihak berwenang pekan lalu untuk menggandakan pesanan Pfizer sebelumnya menjadi 40 juta tembakan.
Bendahara Josh Frydenberg mengatakan kemunduran dalam peluncuran vaksin seharusnya tidak "menggagalkan momentum dalam pemulihan ekonomi kita".
"Dengan berhasilnya penekanan virus dan pembukaan kembali ekonomi yang substansial, kepercayaan rumah tangga dan bisnis sekarang lebih tinggi daripada sebelum pandemi," kata Frydenberg dalam sebuah pernyataan melalui email.
Australia memulai vaksinasi lebih lambat daripada beberapa negara lain karena jumlah kasus Covid-19 yang rendah, mencatat lebih dari 29.400 infeksi sejak pandemi dimulai.
Berita lain terkait Australia
Berita lain terkait AstraZeneca
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)