Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Ungkap 5 Faktor Kasus Corona India Melonjak 30 Kali Lipat, Termasuk Percaya Diri Sudah Vaksin

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengungkap 5 faktor kasus corona di India melonjak 30 kali lipat.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Ahli Ungkap 5 Faktor Kasus Corona India Melonjak 30 Kali Lipat, Termasuk Percaya Diri Sudah Vaksin
Dibyangshu SARKAR / AFP
Seorang petugas kesehatan menyuntik seorang pria dengan dosis vaksin COVID-19 di klinik kesehatan kota, di Kolkata pada 19 April 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama ikut buka suara mengenai lonjakan kasus Covid-19 yang tengah menimpa India.

Sebelum mengalami lonjakan yang disebut 'tsunami' Covid-19, Tjandra membenarkan kasus Covid-19 di India sempat melandai.

Dari biasanya 97.000 kasus perhari, turun sekira 9.000 kasus perhari pada Januari 2021 lalu.

Baca juga: Kondisi Terkini Covid-19 di India, Dianggap Seperti Serangan Monster hingga Krematorium Kewalahan

"Sebelumnya sudah turun 10 kali lipat dari 97 ribuan kasus menjadi 9 ribuan kasus pada awal 2021, tanpa vaksin," kata Tjandra, dalam tayangan Youtube Kompas TV, Senin (26/4/2021).

Kemudian, pada pertengahan April 2021, kasus Covid-19 di India tiba-tiba melonjak sangat drastis.

Bahkan, Tjandra menyebut, menurut informasi rekannya yang berada di India, 70 persen dari mereka memiliki keluarga hingga dirinya sendiri yang sakit.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama

"Kemudian sekarang naik 30 kali lipat dari 10 ribuan kasus menjadi 300 ribuan kasus," kata Tjandra.

BERITA TERKAIT

Tjandra pun menilai, ada lima faktor yang menjadi penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di India.

Pertama, lanjut Tjandra, setelah penurunan kasus pada awal 2021, masyarakat di India kendor pada protokol kesehatan.

Bahkan, beberapa tempat umum yang sebelumnya sepi, berubah menjadi ramai seakan tidak terjadi pandemi.

Baca juga: Situasi Covid-19 di India: Rumah Sakit Penuh, Oksigen Dijual di Pasar Gelap dengan Harga Tinggi

Keramaian itu ditemukan di pasar, bioskop, hingga transportasi umum seperti kereta.

"Kalau kita analisa sejauh ini ada lima kemungkinan, pertama 3M (menjaga jarak, memaki masker, mencuci tangan) kendor sekali," ujarnya.

Faktor kedua, kata Tjandra, adanya gelaran acara besar-besaran yang diadakan di India.

Mirisnya, gelaran acara tersebut umumnya tidak memperhatikan protokol kesehatan.

Seorang petugas kesehatan menyuntik seorang pria dengan dosis vaksin COVID-19  di klinik kesehatan kota, di Kolkata pada 19 April 2021.
Seorang petugas kesehatan menyuntik seorang pria dengan dosis vaksin COVID-19 di klinik kesehatan kota, di Kolkata pada 19 April 2021. (Dibyangshu SARKAR / AFP)

"Kedua, harus diakui ada beberapa event besar, ada beberapa pilkada, upacara perkawinan, dan upacara kebudayaan dan keagamaan," ungkapnya.

Ketiga, Tjandra menilai banyak masyarakat yang merasa percaya diri dengan keampuhan vaksin.

Padahal, saat ini, vaksinasi di India baru sekitar 10 persen, dari jumlah penduduknya sebanyak 1,3 miliar.

"Nomer tiga ini soal vaksin, vaksin mereka sudah 132 juta, tapi itu baru sekitar 10 persen."

"Ada dugaan juga mereka yang divaksin ini merasa percaya diri berlebihan sehingga tidak nenaati protokol kesehatan," terang Tjandra.

Baca juga: Orang-orang Kaya di India Terbang Tinggalkan Negara dengan Jet Pribadi saat Kasus Covid-19 Meroket

Kemudian, faktor keempat, Tjandra menduga adanya test dan tracing yang semakin turun perharinya.

Terakhir, Tjandra menyebut adanya mutasi Covid-19 di India membuat penyebab melonjaknya kasus.

Tidak hanya mutasi B117 dari Inggris, ia menilai India juga memiliki mutasi Covid-19 sendiri, yakni B.1.1.617 yang diduga tidak kalah menular.

Kondisi Terkini 'Tsunami' Covid-19 di India

Seperti diketahui, kondisi terkini mengenai gelombang 'tsunami' Covid-19 yang menyerang India semakin mengkhawatirkan.

Mengutip APNews, di beberapa rumah sakit, para keluarga pasien dibiarkan membawa sendiri keluarganya untuk mencari rumah sakit yang masih menyediakan oksigen.

Beberapa di antaranya berujung pada kematian lantaran kelangkaan oksigen di banyak rumah sakit.

Bahkan, banyak dari mereka yang akhirnya menangis di jalanan karena keluarganya meninggal dunia sebelum sempat dirawat karena terlalu lama menunggu antrean.

Baca juga: Orang-orang Kaya di India Terbang Tinggalkan Negara dengan Jet Pribadi saat Kasus Covid-19 Meroket

Satu di antara kisah tragis itu menimpa seorang wanita yang tak disebutkan namanya.

Ia telah kehilangan adiknya yang berusia 50 tahun setelah ditolak berkali-kali oleh banyak rumah sakit.

Ia pun menyalahkan Perdana Menteri Narendra Modi atas krisis yang seharusnya bisa diantisipasi ini.

"Dia telah menyalakan kayu bakar di setiap rumah," katanya dalam video yang direkam oleh majalah The Caravan.

Permpuan India berduka atas kematian anggota keluarga Covid-19 di New Delhi, India pada 24 April 2021.
Permpuan India berduka atas kematian anggota keluarga Covid-19 di New Delhi, India pada 24 April 2021. (aljazeera.com)

Selama empat hari berturut-turut hingga Minggu (25/4/2021) kemarin, India terus mengalami rekor harian penambahan kasus.

Terdapat 349.691 kasus baru di India pada Minggu (25/4/2021) dengan total kasus mencapai lebih dari 17 juta.

Selain itu, Kementerian Kesehatan India juga melaporkan 2.767 kematian dengan total 192.311 kasus.

Kendati demikian, warga percaya jumlah korban meninggal dunia lebih banyak dari yang dilaporkan.

Baca juga: India Perangi Lonjakan Covid-19 yang Parah, AS Janji akan Kirim Lebih Banyak Dukungan

Sebab, pemerintah tidak memasukkan pasien suspek Covid-19 dan pasien yang meninggal karena penyakit penyerta.

Adapun, rekor tersebut tidak lepas dari munculnya strain baru Covid-19 yang lebih mudah menular dan berbahaya.

Rekor tersebut juga langsung merusak klaim pemerintah yang menganggap berhasil menangani Covid-19 pada Januari lalu.

Kini, krisis paling dalam akibat 'tsunami' Covid-19 ini terjadi di kuburan dan beberapa krematorium India yang kewalahan.

Antrean jenazah di satu krematorium di Lucknow. Pihak keluaga harus menunggu antara lima hingga enam jam untuk bisa mengkremasikan jenazah anggota keluarga. (FOTO: SUMIT KUMAR).
Antrean jenazah di satu krematorium di Lucknow. Pihak keluaga harus menunggu antara lima hingga enam jam untuk bisa mengkremasikan jenazah anggota keluarga. (FOTO: SUMIT KUMAR). (Via BBC Indonesia)

Di pusat kota Bhopal, beberapa krematorium telah meningkatkan kapasitasnya dari puluhan tumpukan kayu menjadi lebih dari 50.

Namun, pasien yang akan dikremasi masih diharuskan antre selama berjam-jam.

Seperti di krematorium Bhadbhada Vishram Ghat, para pekerja mengatakan, mereka mengkremasi lebih dari 110 orang pada hari Sabtu lalu.

Tetapi, pemerintah di kota yang berpenduduk 1,8 juta jiwa itu justru menyebut jumlah total kematian akibat Covid-19 hanya 10 kasus.

Baca juga: Iran Tangguhkan Semua Penerbangan dari dan ke India serta Pakistan karena Covid-19

Padahal, pejabat di krematorium mengakui, 'tsunami' Covid-19 itu menyerang penduduknya seperti monster.

"Virus itu menelan penduduk kota kami seperti monster," kata Mamtesh Sharma, seorang pejabat di krematorium tersebut.

Akibat serbuan jenazah itu, krematorium harus melewatkan upacara dengan ritual lengkap seperti yang diyakini umat Hindu.

"Kami hanya membakar mayat saat mereka tiba. Seolah-olah kita berada di tengah perang," kata Sharma.

(Tribunnews.com/Maliana)

Berita lain terkait virus corona di India

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas