Presiden Erdogan Kecam Presiden Biden, Sindir Genosida Suku India Amerika
Ankara menerima kenyataan sejarah, baik orang Armenia maupun Turki tewas dalam jumlah besar saat pasukan Ottoman melawan Tsar Rusia.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Para pemimpin sebelum Biden belajar dan menghitung untuk kepentingan strategis, mungkin tidak menjadi kepentingan terbaik AS untuk membuat pernyataan genosida itu.
“Dinamika itu telah berubah. Perasaan di AS adalah ini adalah hasil tindakan Turki, bukan tindakan AS yang menghasilkan deklarasi ini," kata Halkett.
Dia menambahkan pemerintah AS memandang Turki sebagai mitra NATO, tetapi percaya Turki tidak selalu membalas secara baik lewat kebijakan politiknya di regional.
Pernyataan Biden datang pada saat Ankara dan Washington berjuang untuk memperbaiki hubungan, tegang ketika Turki membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Pembelian senjata Rusia oleh anggota NATO itu mengakibatkan sanksi AS. Turki dan AS juga menemui perbedaan kebijakan di perang Suriah.
Turki meningkatkan pengaruh dan intervensi, bahkan mengirim pasukan untuk menduduki wilayah utara Suriah. Mereka memburu pasukan Kurdi yang didukung AS.
Turki juga menduduki Provinsi Idlib di Suriah, melindungi kelompok-kelompok teroris bersenjata yang jadi proksi mereka guna menggulingkan pemerintahan Damaskus yang sah.
Di Kota Afrin, Turki bersama kelompok-kelompok bersenjata yang didanainya, menyingkirkan paramiliter Kurdi, yang sebelumnya sukses menyapu kelompok ISIS.
Di konflik Nagorno Karabakh, militer Turki sepenuhnya menyokong Azerbaijan yang memerangi pasukan Armenia. Nagorno Karabakh akhirnya jatuh ke tangan Azerbaijan.
Erdogan mengatakan dia berharap "membuka pintu untuk periode baru" dalam hubungan dan membahas semua perselisihan dengan Biden di KTT NATO pada Juni.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)