3 Remaja Korea Utara Dihukum karena Dengar Lagu KPop dan Tiru Gaya Rambut Idol, Orang Tua Diasingkan
Tiga remaja di Pyongan Utara, Korea Utara baru-baru ini dihukum pendidikan ulang dan kerja paksa karena mengikuti budaya Korea Selatan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Tiga remaja di Pyongan Utara, Korea Utara baru-baru ini dihukum pendidikan ulang dan kerja paksa karena mengikuti budaya Korea Selatan.
Ketiganya dicap "berperilaku anti-sosialis" karena mengikuti lagu serta gaya rambut ala Korea Selatan.
Akibatnya keluarga mereka diasingkan pemerintah ke wilayah lain.
"Kementerian Jaminan Sosial menangkap tiga siswa sekolah menengah berusia 14 tahun yang tinggal di wilayah Kujang karena perilaku anti-sosialis."
"(Para siswa) diduga telah memotong rambut mereka seperti remaja Korea Selatan dan menyanyikan lagu-lagu Korea Selatan."
"Setelah pemeriksaan pendahuluan pada awal April, pihak berwenang mengirim para remaja ke kamp kerja paksa untuk pendidikan ulang," kata sumber soal penangkapan tiga remaja itu, dikutip dari Daily NK.
Baca juga: Korea Utara Deklarasi ke WHO, Negaranya Bebas Covid-19
Baca juga: Koruptor Korea Utara Ditembak Mati Depan Umum, Anak Diasingkan ke Desa hingga Harta Disita Negara
Sumber ini mengklaim pada awal Maret lalu, teman sekelasnya yang merupakan putra dari pemimpin inminban (unit masyarakat), memergoki tiga siswa tersebut.
Ketiganya diketahui memotong rambut mirip dengan idol asal Korea Selatan, memakai celana hanya sampai di atas pergelangan kaki, dan menyanyikan lagu K-Pop.
Sumber menyebut lagu itu berjudul 'Man' yang dinyanyikan Na Hoon-a.
Para siswa tersebut kemudian dilaporkan ke Kementerian Keamanan Negara.
Kementerian Keamanan Negara langsung mengamankan ketiga ABG itu dan melakukan pemeriksaan awal untuk dikirim ke kamp pendidikan ulang pada 3 April lalu.
Sementara itu, otoritas setempat mengusir orang tua siswa ke Kabupaten Changsong di Provinsi Pyongan Utara karena dianggap membiarkan anaknya mengikuti budaya Korea Selatan.
Bahkan pasca kejadian itu, pejabat lokal menggelar pembicaraan kepada pendidik dan warga setempat untuk membahas masuknya budaya imperialis dan propaganda musuh.
Menurut sumber tersebut, para dosen menyatakan bahwa: "Kaum imperialis yang licik cemburu bahwa kita (orang Korea Utara) menjalani kehidupan yang lebih baik karena kita menjunjung tinggi nilai-nilai sosialis kita."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.