Kasus Covid-19 di Sapporo Hokkaido Jepang Meningkat Gara-gara Oppabu
Jumlah kasus baru Covid-19 per 100.000 orang dalam seminggu terakhir di kota itu adalah "110 banding 1" per 13 Mei 2021.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Akhir-akhir ini penyebaran virus corona di Kota Sapporo Jepang semakin tak terkendali, dan jumlah orang yang terinfeksi setiap hari terus menjadi yang tertinggi.
"Orang Sapporo suka jalan ke luar malam, terutama para pria suka ke Oppabu. Itulah yang membuat infeksi menyebar luas dan kali ini banyak dipengaruhi mutan virus corona juga," papar sumber Tribunnews.com, Jumat (14/5/2021).
Oppabu singkatan dari Oppai yang berarti payudara dan pub, tempat makan minum santai sederhana di waktu malam khususnya.
Hanya menyediakan tempat duduk sofa besar agar bisa berduaan, makan minum ringan serta alkohol, jadilah oppabu.
Tempat ini didasarkan pada sistem kabaret, tetapi berbeda dari kabaret di mana pelanggan dapat melakukan tindakan seperti menyentuh tubuh petugas layanan wanita.
Sinonimnya termasuk klub kabaret seksi, klub kabaret sentuh, pub sentuh, pub payudara (Oppabu).
Gelombang ke-4 pandemi corona ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam kelompok (populasi yang terinfeksi) dan jalur infeksi yang tidak terlihat pada "gelombang ke-3" tahun lalu.
Dan para ahli mengatakan bahwa penerapan tindakan prioritas seperti pencegahan penyebaran tertunda.
Jumlah kasus baru Covid-19 per 100.000 orang dalam seminggu terakhir di kota itu adalah "110 banding 1" per 13 Mei 2021.
Artinya ada 1 orang terinfeksi dari 110 orang yang ada.
Baca juga: Pemerintah Jepang Setujui Deklarasi Darurat Covid-19 di Hokkaido, Okayama dan Hiroshima
Angka itu melebihi angka untuk Fukuoka dan Osaka, di mana penularannya juga tersebar luas.
"Kami berada dalam situasi paling sulit di antara kota-kota yang ditunjuk pemerintah di Jepang," kata Wali Kota Katsuhiro Akimoto.
Sementara angka jumlah orang yang terinfeksi terus diperbarui, tingkat penggunaan tempat tidur untuk pasien corona di kota terus melebihi 90 persen.
Jumlah transportasi luar kota terus meningkat, dan menurut pejabat kota, ada kasus transportasi ambulance sampai ke rumah sakit umum di Kota Rumoi dan Kota Fukagawa, yang merupakan situasi terburuk yang pernah ada, karena padatnya rumah sakit di Sapporo.
Pada gelombang ketiga dari musim gugur yang lalu hingga musim dingin, setelah jumlah orang yang terinfeksi meningkat di pusat Kota Susukino, klaster sering terjadi di rumah sakit dan fasilitas kesejahteraan, dan terdapat banyak klaster berskala besar dengan lebih dari 100 orang.
Di sisi lain, pada gelombang ke-4 setelah Maret ketika strain mutan merajalela, jumlah orang yang terinfeksi lebih banyak, tetapi jumlah klaster lebih kecil daripada gelombang ke-3.
"Artinya perorang mulai stres banyak ke tempat klub malam," tambahnya.
Di kota, telah diminta untuk tidak menyediakan minuman beralkohol ke restoran mulai tanggal 12 Mei, tetapi hanya ada satu kelompok restoran selama periode satu bulan dari tanggal 7 April hingga 4 Mei.
Profesor Shiho Akihara (Perawatan Penyakit Menular) dari Universitas Sains Hokkaido, yang akrab dengan penyakit menular, melihat bahwa "penanggulangan infeksi sedang berkembang di seluruh kota, termasuk restoran, dan terjadinya klaster sedang ditekan."
Menurut kota tersebut, jalur infeksi gelombang ke-4 terlihat mencolok dalam adegan yang melibatkan makan dan minum, seperti makan malam di restoran dan rumah pribadi.
Sejak akhir liburan Golden Week, lebih dari 80 persen pasien tidak dapat mengikuti rute infeksi pada beberapa hari, dan hampir tidak diketahui siapa yang terinfeksi dan di mana.
Baca juga: Yuki Kitazumi, Wartawan Jepang yang Ditahan Otoritas Myanmar Segera Dibebaskan
Ahli lain mengatakan tentang situasi saat ini di kota, "tindakan hanya di kota malam dan restoran tidak cukup efektif."
Profesor Akihara menganalisis bahwa sebagai faktor penyebaran infeksi, penerapan tindakan pencegahan penyebaran ditunda, dan jumlah orang selama liburan Golden Week tidak berkurang banyak.
"Satu-satunya cara untuk mengendalikan infeksi adalah dengan melakukan penyelidikan epidemiologi secara menyeluruh dan memahami rute infeksi sebanyak mungkin," katanya.
Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.