Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Netanyahu Petik Keuntungan Politik Pribadi Atas Perang Besar Israel-Palestina

Mantan Menhan Israel Moshe Ya’alon menghubungkan kepentingan pribadi Benjamin Netanyahu dengan konfrontasi bersenjata Israel-Palestina.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Netanyahu Petik Keuntungan Politik Pribadi Atas Perang Besar Israel-Palestina
Ronen ZVULUN / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (tengah) mengunjungi lokasi insiden pada pertemuan agama ultra-Ortodoks di kota Meron, Israel utara, pada 30 April 2021. 

TRIBUNNEWS.COM, DOHA – Akiva Eldar, penulis dan mantan kolumnis media Haaretz menyebut, Benyamin Netanyahu memetik keuntungan politik besar atas eskalasi kekerasan Israel-Palestina.

Selain itu, Hamas juga menanggung keuntungan politik yang sama atas bentrok besar militer Israel dan kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu.

Ulasan itu ditulis di kolom opini Aljazeera, Minggu (16/5/2021). Pendapatnya didasari fakta dinamika politik internal Israel, serta pernyataan tokoh popular Israel, mantan Menhan Moshe Ya’alon.

Yalon menghubungkan kepentingan pribadi Benjamin Netanyahu dengan konfrontasi bersenjata yang dimulai dari Yerusalem Timur lalu menyebar ke tepi Barat dan Jalur Gaza.

“Eskalasi keamanan menguntungkan Netanyahu dan Hamas, keduanya untuk alasan politik internal,” kata Ya'alon lewat cuitan di akun Twitternya.

Hal serupa dikemukakan mantan Menhan dan Ketua Partai Yisrael Beitenu, Avigdor Lieberman. Mantan sekutu Netanyahu itu menyatakan tujuan strategis operasi (militer) adalah meningkatkan opini publik Netanyahu.

Baca juga: Sidang Korupsi Terhadap PM Israel Netanyahu Dilanjutkan di Yerusalem

Baca juga: Ribuan Orang Unjuk Rasa di Luar Kediaman Netanyahu, Tuntut PM Israel itu Mengundurkan Diri

Selama mandat untuk membentuk pemerintahan ada di tangan Lapid, Netanyahu akan mencoba untuk memperpanjang operasinya.

BERITA TERKAIT

Lapid yang dimaksud adalah Yair Lapid, Ketua Partai Yesh Atid, mantan Menteri Keuangan yang memimpin blok perubahan.

Netanyahu, Perdana Menteri Israel saat ini belum melakukan upaya signifikan untuk menahan kekerasan.

Bulan lalu, dia bisa saja memerintahkan polisi untuk menghilangkan penghalang jalan dari Gerbang Damaskus di kota tua Yerusalem.

Mengapa dia menunggu sampai pecah pertempuran antara polisi dan ratusan pemuda Palestina? Mengapa dia mengizinkan polisi melempar granat kejut di masjid Al-Aqsa saat jamaah tengah salat?

Ini pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan Akiva Eldar. Tak lama setelah Pemilu 23 Maret, Lapid bertemu Menhan dan Ketua Aliansi Putih dan Biru, Benny Gantz.

Menurut kolumnis Haaretz, Yossi Verter, muncul spekulasi, jika Netanyahu merasa dirinya akan tergelincir dari kekuasaan, dia akan mencoba menciptakan insiden keamanan.

“Di Gaza atau perbatasan utara. Jika dia berpikir ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkannya, dia tidak akan ragu-ragu," tulis Eldar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas