Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemda Ibaraki Jepang Cabut Dokumen terkait Diskriminasi Terhadap Orang Asing

Dokumen tersebut menyatakan bahwa "ada banyak pasien dengan virus corona yang diduga terinfeksi oleh orang asing."

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pemda Ibaraki Jepang Cabut Dokumen terkait Diskriminasi Terhadap Orang Asing
Foto NHK
Dokumen Pemda Ibaraki yang diperoleh NHK menuliskan "Kalau ketemu orang asing pakai masker dan jangan makan bersama orang asing". 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Prefektur Ibaraki Jepang meminta para petani yang mempekerjakan orang asing untuk mencegah infeksi virus corona, dengan menuliskan, "Jangan makan dengan orang asing."

Puskesmas Ibaraki kemudian mencabut dokumen tersebut karena mengandung diskriminasi.

Menurut Pusat Kesehatan Itako di Prefektur Ibaraki, dari tanggal 19 hingga 20 Mei 2021, sebuah dokumen dikirim melalui email ke koperasi pertanian dan balai kota di bawah yurisdiksi pusat kesehatan mengenai pencegahan infeksi virus corona.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa "ada banyak pasien dengan virus corona yang diduga terinfeksi oleh orang asing."

Di atas semua itu, tertulis bahwa "Pastikan untuk memakai masker saat berbicara dengan orang asing" dan "Tolong jangan makan dengan orang asing".

Setelah mengeluarkan dokumen tersebut, Divisi Pengendalian Penyakit Menular Prefektur Ibaraki dan Puskesmas Itako mengatakan pada tanggal 21 Mei 2021 bahwa "isi dokumen tidak sesuai" karena Puskesmas menunjukkan bahwa itu "tidak sesuai".

Baca juga: Dubes Heri Akhmadi: 36 WNI Terpapar Covid-19 di Ibaraki Jepang, Kondisinya Kini Membaik

Berita Rekomendasi

Dokumen tersebut kemudian telah ditarik.

"Kami tidak berniat mendiskriminasi orang asing, tapi kami minta maaf jika ada ekspresi yang menyesatkan," kata Pusat Kesehatan Itako kepada NHK.

"Mengingat prinsip persamaan di bawah undang-undang Pasal 14 UUD, pemerintah dengan jelas menyatakan bahwa tertulis jelas adalah orang asing dan dapat mendorong diskriminasi. Seharusnya tidak boleh terjadi demikian," kata pengacara yang mendukung orang asing, Shohei Sugita mengenai dokumen tersebut.

"Ini adalah ekspresi yang sangat mengecewakan untuk mengungkapkan orang Jepang dan orang asing secara terpisah karena dapat memberi kesan bahwa infeksi hanya menyebar ke orang asing," ungkap Sugita.

Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas