Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cucu Ahmad Dahlan di Thailand Tersedu-sedu Ceritakan Perjuangan Ayahnya Berdakwah

Turut andil KH Ahmad Dahlan dan keturunnya sebarkan Islam di Thailand sejak 1930, ketika itu Islam belum terlalu dikenal di Thailand.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Cucu Ahmad Dahlan di Thailand Tersedu-sedu Ceritakan Perjuangan Ayahnya Berdakwah
Tribunnews.com/ Dennis Destryawan
Duta Besar RI untuk Thailand Rachmat Budiman (kanan) bersama cucu KH Ahmad Dahlan, Aminah (kiri) saat diskusi secara daring bersama redaksoiTribun Network, Senin (24/5). 

Jadi kita fokus bukan di agama lagi, tapi fokus di kegiatan sosial. Dan dari keluarga ibu Irfan Dahlan, Irfan Diva, itu mama saya, berbicara tentang dana infak untuk membantu orang miskin dan anak-anak yatim. Dan saya adalah pengurus dana itu. Sekarang lagi membentuk Muhammadiyah di sana tapi pada saat pendaftaran tidak boleh. Karena sudah ada asosiasi Muhammadiyah di sini, jadi sekarang ganti nama menjadi Irfan Dahlan Association. Fokusnya di pendidikan.

Apa di antara anak-anak Irfan Dahlan menikah dengan keturunan Indonesia dan Thailand?

Kami menikah dengan keturunan Jawa, Indonesia, adik saya paling kecil kawin dengan keturunan Jawa juga. Yang lain tidak, dengan orang Thailand. Ada yang dengan keturunan Jawa dan Thailand, sudah bercampur.

Pergaulan sehari-hari dengan keluarga Irfan Dahlan, bahasa apa yang digunakan?

Bahasa Thailand. Hanya saya sama kakak saya yang bisa bahasa Indonesia. Yang lainnya tidak bisa, jadi bicaranya hanya sedikit-sedikit kalau pakai bahasa Indonesia. Bapak pernah mengajar bahasa Indonesia di kedutaan. Saya tidak bisa bahasa Jawa.

Kakak Belajar Bahasa Indonesia dari mana?

Dari KBRI juga. Sebelumnya tidak bisa bahasa Indonesia. Ayah saya itu minoritas, setelah menikah tinggal di rumah mama. Di rumah mama, terpaksa harus bicara bahasa Thailand. Jadi setiap hari sama anak-anak bapak sendiri harus kerja, malamnya juga harus kerja tentang agama. Bapak harus menterjemahkan bahasa Arab ke bahasa Thailand. Jadi bapak tidak ada waktu untuk berkomunikasi atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia sama anak-anak. Tapi bapak mungkin merasa bahwa in the future they Will know bahasa Indonesia.

Baca juga: Kisah Dramatis Pengibaran Bendera Merah Putih di Thailand dan Aksi Desersi Tentara KNIL

Berita Rekomendasi

Setelah bapak meninggal, apa yang menjadi legasi utama?

Bapak di sini memberikan aset. Bapak pada saat datang ke sini, ada hanya dua sarung. Kawin dengan mama saya tidak ada apa-apa. Mama cerita bahwa ada orang Melayu, very wise, tokoh juga di dalam kampung itu, tapi tidak boleh sama sekali kawin sama orang Melayu itu.

Pada waktu ayah saya datang, hanya bawa dua sarung, diberikan kepada ayahnya mama. Tetapi itu Tuhannya ingin begitu. Saya bertanya kenapa mama kok mau, karena dia ingin ada 10 orang Dahlan di sini. Aset itu pendidikan dari ayah, not as a uang atau apa. Jadi bapak meninggalkan warisan berupa pendidikan dan pelajaran-pelajaran agama.

Mengikuti kegiatan orang-orang Indonesia di Thailand?

Kalau di Thailand, di kampung Jawa, itu keturunan orang Jawa banyak, kegiatannya biasa di Masjid Jawa. We join kegiatan di Masjid Jawa. Tapi di tempat lain, seperti Dahlan Dahlan itu fokus di selatan, saya sendiri hanya di Masjid Jawa. Ayah engga pernah mengajar bahwa kalau bantu hanya orang muslim, tapi setiap orang. Ini di rumah saya, saya mengajar bahasa Inggris free of charge untuk anak-anak di sana dan orang-orang yang tidak mampu. Tidak perduli dia keturunan Jawa atau bukan, beragama Islam atau tidak, semuanya.

Ibu sendiri menikah dengan orang Thailand?

Iya dengan orang Thailand, tapi muslim. Anak hanya satu orang, putri. Putri saya bisa bahasa Indonesia sedikit, dia belajarnya pada waktu itu training 3 bulan di Malaysia, tapi kemampuannya untuk berbahasa asing cukup cepat. Tiga bulan sudah bisa bicara bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia sama. Kalau ada keluarga Indonesia berkunjung, dia mengerti. (tribun network/denis destryawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas