Korea Utara Sebut Israel Mengubah Jalur Gaza Jadi Tempat Jagal Manusia dan Anak-anak
Korea Utara mengutuk Israel karena membunuh banyak warga Palestina di Jalur Gaza, menyusul konflik antara Hamas di Gaza dengan Israel bulan lalu
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
Pyongyang menganggap Israel sebagai 'satelit imperialis'.
Menurut negara komunis ini, Israel bertentangan dengan ideologi anti-imperialis dan anti-kolonialis yang dianutnya.
Selama beberapa dekade, rezim Kim Jong Un dan pemimpin Korea Utara terdahulu memihak kelompok pejuang Palestina termasuk Hamas.
Pada 1990-an, mantan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Il membantu mantan duta besar Palestina untuk Korea Utara, Mustafa Safarini menjalani perawatan kesehatan, menurut NK News.
Solidaritas Pyongyang atas pembebasan Palestina juga telah membuat Korea Utara memiliki hubungan diplomatik dengan kawasan Arab.
Satu Juta Warga Palestina Ditangkap Israel
Sekitar satu juta warga Palestina telah ditangkap pasukan Israel terhitung sejak Perang Timur Tengah 1967.
Ini merupakan perhitungan dari LSM lokal pada Sabtu (5/6/2021) lalu.
Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs mengatakan bahwa di antara jumlah itu, ada puluhan ribu anak dan wanita.
"Sekitar 17.000 perempuan dan anak perempuan dan 50.000 anak-anak termasuk di antara mereka yang ditahan," kata Commission of Detainees and Ex-Detainees Affairs dalam sebuah pernyataan.
Dilansir Anadolu Agency, LSM itu mengatakan, lebih dari 54.000 perintah penahanan administratif dicatat sejak 1967.
Kebijakan penahanan administratif memungkinkan pihak berwenang Israel memperpanjang penahanan seorang tahanan tanpa tuduhan atau pengadilan.
"Sebanyak 226 tahanan tewas di dalam penjara Israel sejak 1967," tambahnya.
Baca juga: Tangan Jurnalis Al Jazeera Patah Saat Ditangkap Pasukan Israel
Baca juga: Satu Juta Warga Palestina Telah Ditangkap Pasukan Israel sejak Perang Timur Tengah 1967
LSM tersebut mengatakan, semua yang ditahan mengalami "beberapa bentuk penyiksaan fisik atau psikologis, pelecehan moral, dan perlakuan kejam."