Ratusan Penjahat Terorganisir Ditangkap Setelah AS dan Australia Meretas Aplikasi Mereka
Ratusan penjahat terorganisir di 18 negara ditangkap setelah Australia dan Amerika Serikat meretas aplikasi mereka dalam program Operasi Ironside
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA – Ratusan tersangka kejahatan terorganisir di 18 negara ditangkap setelah pihak berwenang Amerika Serikat dan Australia meretas aplikasi yang digunakan oleh penjahat.
Para pejabat di Australia mengatakan Selasa (8/6), operasi membaca jutaan pesan terenkripsi itu dinamai Operasi Ironside. Hasilnya, Kepolisian Australia dan Biro Investigasi Federal AS (FBI) menjerat tersangka dari Australia, Asia, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Mereka terlibat dalam perdagangan narkotika global.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan operasi itu merupakan pukulan berat terhadap kejahatan terorganisir - tidak hanya di negara ini, tetapi juga yang akan menggema di sekitar kejahatan terorganisir di seluruh dunia.
"Ini adalah momen penting dalam sejarah penegakan hukum Australia," kata Morrison kepada wartawan di Sydney.
Komisaris Polisi Federal Australia Reece Kershaw mengatakan penggerebekan polisi di 18 negara menjaring ratusan tersangka. Europol dan FBI mengatakan di media sosial mereka akan mengadakan konferensi pers pada hari Selasa ini.
Baca juga: FBI Peringatkan Protes Bersenjata Direncanakan di 50 Gedung DPR Negara Bagian dan Capitol AS
Australia mengatakan telah menangkap 224 orang, termasuk anggota geng motor terlarang, sementara Selandia Baru mengatakan telah menahan 35 orang.
Operasi tersebut, yang digagas oleh polisi Australia dan FBI pada tahun 2018, membuat para pejabat di Amerika Serikat mengambil kendali atas aplikasi perpesanan ANOM, yang populer dengan jaringan kejahatan terorganisir.
Ketika seorang tokoh kejahatan Australia mulai mendistribusikan telepon khusus yang berisi aplikasi kepada rekan-rekannya sebagai sarana aman untuk berkomunikasi, polisi dapat memantau pesan-pesan mereka.
Kelompok penjahat percaya sistem itu aman karena ponsel tidak memiliki kemampuan lain - tidak ada fungsi suara atau kamera yang dimuat - dan aplikasi dienkripsi.
"Kami telah memantau kejahatan terorganisir," kata Kershaw pada konferensi pers yang sama. "Yang mereka bicarakan hanyalah narkoba, kekerasan, saling hantam, orang tak bersalah yang akan dibunuh,” katanya.
Baca juga: Australia Tak Wajibkan Masker, Epidemiolog Sebut Buah Manis dari Strategi Sains
Kershaw mengatakan tokoh kejahatan Australia itu, yang melarikan diri dari negara itu, pada dasarnya telah menjebak rekan-rekannya sendiri dengan menyebarkan telepon dan menandai orang-orang tertentu.
"Semakin cepat dia menyerahkan diri, semakin baik untuk dia dan keluarganya," katanya.
Pihak berwenang memberi gambaran rencana kejahatan yang berhasil digagalkan. Seperti satu plot pembunuhan terkait rencana untuk menyerang sebuah kafe dengan senapan mesin, dan rencana pembunuhan terhadap satu keluarga yang terdiri dari lima orang.
Capaian besar Australia adalah saat penggeberekan menghasilkan penyitaan 104 senjata api dan uang tunai sekitar 34,9 juta dolar AS.
Sejauhi ni, Australia telah mendakwa 525 orang, dan diperkirakan masih akan banyak lagi dalam minggu-minggu mendatang. (Tribunnews.com/ChannelNewsAsia/Hasanah Samhudi)