Diduga Tolak Refund Tiket Penumpang, Ryanair dan British Airways Terancam Dituntut
Ryanair dan British Airways terancam dituntut karena menolak untuk melakukan pengembalian biaya tiket atau refund penumpang
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM - Maskapai penerbangan Ryanair dan British Airways terancam dituntut karena menolak untuk melakukan pengembalian biaya tiket atau refund penumpang karena adanya lockdown akibat pandemi Covid-19.
Mengutip dari laman situs The Guardian pada Jumat (11/6/2021), saat ini kedua maskapai asal Inggris tersebut sedang diselidiki oleh pihak Regulator Antimonopoli Inggris terkait refund tersebut.
Baca juga: Harga Emas Antam Naik Rp 3.000 ke Level Rp 957.000 Per Gram
Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris menyebutkan, maskapai penerbangan tersebut yaitu Ryanair dan British Airways diduga melanggar hukum hak konsumen dengan menolak refund dari penumpangnya yang tidak bisa melakukan perjalanan akibat pandemi Covid-19.
Sementara itu, Regulator Antimonopoli Inggris saat ini akan berusaha menyelesaikan permasalahan Ryanair dan British Airways dengan cara mufakat, sebelum melakukan tuntutan terkait masalah refund dengan undang-undang perlindungan konsumen.
Baca juga: Citilink Maskapai Pertama yang Terbangi Rute Komersial ke Bandara Jenderal Soedirman Purbalingga
Pihak maskapai Ryanair sendiri mengaku bahwa mereka telah membayar refund kepada penumpangnya dan bahkan menawarkan opsi untuk mengatur ulang penerbangan konsumen tanpa membayar biaya perubahan.
Baca juga: Kondisi Maskapai Garuda Indonesia Sakit-sakitan, Komisaris Rela Gajinya Tak Dibayar
"Sejak Juni 2020, semua pelanggan kami juga dapat memesan ulang penerbangan mereka tanpa membayar biaya perubahan dan jutaan pelanggan kami di Inggris telah memanfaatkan opsi ini," ujar Manajemen Ryanair.
Selain itu seorang juru bicara British Airways juga mengatakan bahwa maskapai tersebut telah bertindak sesuai hukum setiap saat.
"Kami telah mengeluarkan lebih dari 3 juta pengembalian uang dan membantu jutaan calon penumpang untuk mengubah tanggal atau tujuan perjalanan mereka," ucap Juru Bicara British Airways.
Ia menambahkan, di tengah situasi sulit ini sungguh luar biasa jika pemerintah berusaha untuk menghukum lebih lanjut sebuah industri yang kesulitan akibat larangan melakukan perjalanan.