KESAKSIAN Penumpang Kereta Bawah Tanah Terperangkap Banjir Seleher di China
Banjir besar melanda Provinsi Henan, China, menewaskan 25 orang, termasuk 12 orang yang terperangkap di kereta bawah tanah
Editor: hasanah samhudi
Lebih dari 30 waduk di provinsi ini telah melampaui tingkat peringatannya.
Baca juga: China Laporkan Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Yunnan Perbatasannya dengan Myanmar
Baca juga: Ilmuwan China Sebut Asal Usul Covid-19 Alamiah, Bukan Artifisial
Henan di Cina tengah, di mana kuil Shaolin yang terkenal berada, adalah salah satu provinsi terpadat di negara dengan 94 juta penduduk.
Postingan dengan tagar "Hujan deras di Henan" telah dibaca 3,4 miliar kali di microblog China Weibo dan memicu 6,5 juta diskusi pada pukul 18:30 pada hari Selasa. Warganet melaporkan listrik dan pasokan air terputus di Henan. Pasokan makanan juga dilaporkan terpengaruh.
Banjir juga melanda bagian lain Henan, dengan landmark seperti kuil Shaolin dan gua Longmen, situs Warisan Dunia Unesco, ditutup sementara.
Awal bulan ini, Pusat Iklim Nasional China memperingatkan negara itu untuk memperkirakan kejadian cuaca yang lebih ekstrem dari biasanya, dan memperkirakan kondisi cuaca buruk untuk sisa musim panas.
Diperkirakan curah hujan menjadi 20 hingga 50 persen lebih banyak dari biasanya, dan beberapa sungai besar, seperti Sungai Kuning, kemungkinan besar akan meluap dan menyebabkan banjir.
Tentara China peringatkan bendungan yang dihantam badai bisa runtuh
Sungai Kuning, sungai terpanjang kedua di Cina setelah Yangtze, mengalir melalui sembilan provinsi, termasuk Henan.
Baca juga: Jepang Kecam Serangan Siber Berbagai Kelompok yang Didukung Pemerintah China
Baca juga: Jika Perang Pecah, Bagaimana Skenario Militer China untuk Menyerbu Taiwan?
Tahun lalu, di tengah pandemi Covid-19, China mengalami banjir terparah dalam beberapa dekade yang menewaskan sekitar 280 orang atau hilang.
Ahli meteorologi di China menyalahkan Topan Yanhua atas curah hujan yang tidak biasa di Henan.
Mereka mengatakan, Yanhua, atau In Fa sebagai topan yang dikenal di luar China, telah mendekati provinsi Pujian di tenggara China, memaksa uap air didorong dari laut ke Henan berdasarkan jalur topan dan aliran arus udara.
Aliran udara bertemu dan bergerak ke atas ketika mereka menabrak pegunungan di Henan, menyebabkan curah hujan terkonsentrasi di wilayah tersebut. Hujan diperkirakan akan mereda pada Senin.
Mengutip studi pendahuluan, ilmuwan cuaca dan iklim Associate Professor Koh Tieh-Yong di Singapore University of Social Sciences mengatakan bahwa curah hujan deras telah terjadi di China tengah lebih sering dalam beberapa dekade terakhir.
Ini terjadi karena pemanasan global telah memperluas zona subtropis di Asia Timur-Pasifik Barat, wilayah utara, sehingga mengangkut kelembaban lebih jauh ke utara.
“Curah hujan yang berkepanjangan dan intens di Provinsi Henan tahun ini, ketika digabungkan dengan kejadian hujan deras lainnya dalam satu atau dua dekade terakhir, mungkin merupakan manifestasi dari pergeseran ke utara di sabuk hujan monsun musim panas,” katanya. (Tribunnews.com/TheStraitsTimes/Hasanah Samhudi)