Jika Taliban Kuasai Afghanistan, Para Wanita Takut Dieksekusi hingga Larangan Tak Boleh Keluar Rumah
Hanya dalam beberapa menit, segalanya berubah bagi penduduk Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan itu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TALIBAN - Sore itu di sebuah kota di Afghanistan susana tiba-tiba gempar.
Tiba-tiba orang-orang berlarian dan mendengar suara tembakan di jalan.
"Taliban ada di sini!" orang-orang banyak berteriak.
Kala itu, Zahra (26) serta ibu dan tiga saudara perempuannya sedang dalam perjalanan untuk makan malam di rumah saudara perempuan lainnya.
Hanya dalam beberapa menit, segalanya berubah bagi penduduk Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan itu.
Zahra dibesarkan di wilayah yang sebagian besar terbebas Taliban, dimana para wanita berani memimpikan karier dan anak perempuan bisa mendapat pendidikan.
Baca juga: Setelah Rebut 18 dari 34 Provinsi, Taliban Luncurkan Serangan Baru di Kota Utama Afghanistan Utara
Selama lima tahun terakhir, Zahra telah bekerja dengan organisasi nirlaba lokal untuk meningkatkan kesadaran bagi perempuan dan mendesak kesetaraan gender.
Impian dan ambisinya runtuh pada Kamis (12/8/2021) malam ketika Taliban menyerbu ke kota.
Taliban mengibarkan bendera putih mereka di alun-alun pusat sementara orang-orang dengan sepeda motor dan mobil bergegas ke pulang rumah mereka.
Seperti kebanyakan warga lainnya, Zahra, orang tua, dan lima saudara kandungnya kini meringkuk di dalam rumah, terlalu takut untuk keluar dan mengkhawatirkan masa depan mereka.
Associated Press (AP) tidak menyebutkan nama lengkapnya agar ia tidak dijadikan target.
"Saya sangat terkejut," kata Zahra.
"Bagaimana mungkin saya sebagai wanita yang telah bekerja keras dan berusaha untuk belajar dan maju, sekarang harus sembunyi dan tinggal di rumah?"
Di tengah serangan kilat selama beberapa hari terakhir, Taliban sekarang menguasai lebih dari dua pertiga negara itu, hanya dua minggu sebelum AS berencana untuk menarik pasukan terakhirnya.