Mulai Dipopulerkan PM Jepang Yoshihide Suga, Apa Itu Antibody Cocktail?
Disampaikan melalui infus satu kali, koktail menggabungkan antibodi monoklonal casirivimab dan imdevimab, yang mengikat permukaan virus.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mulai mempopulerkan Antibody Cocktail (AC) kepada masyarakat, Jumat (13/8/2021) malam.
Diketahui jumlah kasus Covid-19 terutama di Tokyo menjadi yang terbanyak di Jepang yakni berjumlah 5.773 orang.
Beberapa ahli penyakit menular Jepang memperkirakan minggu depan akan mencapai lebih dari 10.000 kasus baru di Tokyo, sekitar 90 persen karena varian delta.
Apakah sebenarnya Antibody Cocktail (AC) yang disebut PM Suga tersebut?
Koktail antibodi (Antibody Cocktail = AC) yang dikembangkan oleh Regeneron Pharmaceuticals yang berbasis di AS diberikan persetujuan darurat khusus oleh Kementerian Kesehatan Jepang pada Senin (19/7/2021).
Ini membuka peluang baru untuk menjaga kasus virus corona yang lebih ringan agar tidak berkembang dan membanjiri penyedia layanan kesehatan di lapangan.
Dikembangkan bersama Roche, pengobatan itu diberikan kepada Presiden AS saat itu, Donald Trump, ketika ia tertular Covid-19 tahun 2020.
Dan menerima izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada November 2020.
"Ini adalah langkah maju yang besar," kata Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura kepada wartawan, Senin (19/7/2021).
"Perawatan akan diberikan terutama kepada pasien rawat inap yang berisiko mengalami gejala parah," tambahnya.
Disampaikan melalui infus satu kali, koktail menggabungkan antibodi monoklonal casirivimab dan imdevimab, yang mengikat permukaan virus untuk mencegah replikasinya.
Ini ditujukan untuk pasien dengan risiko mendasar, seperti penyakit kronis atau obesitas, dengan penyakit ringan ini dapat diberikan untuk orang dewasa dan anak-anak dengan berat badan 40 kg atau lebih.
Perawatan itu mungkin juga efektif terhadap versi baru virus corona, seperti varian delta yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di India, menurut kementerian.