Muncul Pertama Kali Setelah Kabur, Ghani Bantah Bawa Lari Uang Tunai
Ashraf Ghani ternyata lari ke Uni Emirat Arab setelah meninggalkan Afghanistan, dan untuk pertama kali menyangkal telah melarikan uang negara
Editor: hasanah samhudi
Duta Besar Afghanistan untuk Tajikistan menuduh Ghani mencuri uang negara senilai 169 juta dolar AS (sekitar Rp 2,5 T) dan meminta polisi internasional untuk menangkapnya.
Baca juga: Taliban Janji Hormati Hak-Hak Perempuan: Wajib Pakai Jilbab, Tidak Harus Burqa
Baca juga: Facebook Blokir Akun Whatsapp Kelompok Taliban
Duta Besar Mohammad Zahir Aghbar mengatakan pada konferensi pers pada hari Rabu bahwa Ghani "mencuri 169 juta dolar AS dari kas negara" dan menyebut pelariannya "pengkhianatan terhadap negara dan bangsa".
James Bays dari Al Jazeera melaporkan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan itu adalah tuduhan yang bergulir di media sosial di antara anggota senior mantan kabinetnya dan orang-orang yang dekat dengannya, termasuk pertahanannya Bismillah Khan.
“Bismillah Khan ada di Twitter, dia berkata: ‘Mereka yang memperdagangkan atau menjual tanah air mereka harus dihukum dan ditangkap.’ Dia menambahkan tagar #InterpolArrestGhani,” kata Bays.
Dalam pernyataan virtualnya, Ghani juga mengatakan bahwa ia mendukung pembicaraan antara Taliban dan pejabat tinggi pemerintah.
Ia juga mengatakan, sedang mengusahakan pembicaraan agar ia bisa kembali ke Afghanistan setelah mencari perlindungan di UEA.
Baca juga: Taliban Dapat Keuntungan dari Dana 83 Miliar Dolar yang Dikucurkan AS untuk Afghanistan
Baca juga: Pengamat Nilai Taliban Telah Berubah setelah 20 Tahun, tapi Publik Masih Butuh Waktu untuk Percaya
“Saya mendukung inisiatif pemerintah untuk negosiasi yang sedang berlangsung dengan Abdullah Abdullah dan mantan presiden Hamid Karzai. Saya ingin proses ini sukses,” katanya.
“Saya sedang mengusahakan kepulangan saya ke Afghanistan sehingga saya dapat melanjutkan upaya untuk keadilan, nilai-nilai Islam dan nasional yang sejati,” ujarnya.
UEA adalah satu dari tiga negara, termasuk Arab Saudi dan Pakistan, yang mengakui rezim Taliban sebelumnya, yang memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001.
Pada hari Senin, kepanikan terjadi bandara Kabul ketika penduduk yang berada di lokasi mencoba ke luar dan menyelamatkan diri dari prang.
Awal tahun ini, perang antara pasukan Taliban dan Afghanistan meningkat ketika pasukan asing mengumumkan penarikan mereka dari negara itu pada 11 September.
Baca juga: Norwegia Pasrah Alutsista Mereka Akan Jatuh ke Tangan Taliban
Baca juga: Taliban Tak Mau Monopoli Kekuasaan di Afghanistan, Tapi Ingin Presiden Ashraf Ghani Disingkirkan
Dengan runtuhnya pemerintah Afghanistan, perhatian beralih untuk memastikan keselamatan warga sipil dan pengungsi dan transfer kekuasaan yang tertib.
Taliban telah menyatakan bahwa perang di Afghanistan telah berakhir dan mengatakan upaya untuk membangun pemerintahan yang sedang berlangsung. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)