Ribuan Orang Berunjuk Rasa Di Bangkok Tuntut PM Thailand Prayut Chan-o-cha Mengundurkan Diri
Ribuan orang berunjuk rasa di pusat kota Bangkok, Thailand, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Prayut Chan-o-cha.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Ribuan orang berunjuk rasa di pusat kota Bangkok, Thailand, Kamis (2/9/2021).
Unjuk rasa digelar menuntut pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Prayut Chan-o-cha.
Mereka menegaskan akan kembali melakukan hal yang sama setiap hari, hingga Prayut melepaskan jabatannya.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan di persimpangan Asoke, pusat kota Bangkok tersebut merupakan satu pertemuan terbesar pada tahun ini, meskipun aparat kepolisian sudah memberikan peringatan pada hari sebelumnya bahwa aksi tersebut dilarang karena adanya kebijakan pembatasan terkait virus corona (Covid-19).
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (3/9/2021), unjuk rasa yang ditujukan terhadap Prayut itu telah mendapatkan momentum sejak akhir Juni lalu.
Ini terjadi saat kelompok-kelompok yang mendesak pemecatannya pada tahun lalu, kembali dengan dukungan yang lebih luas dari orang-orang yang merasa marah dengan situasi Covid-19 yang memburuk.
Baca juga: Tarif Swab PCR di Indonesia Lebih Murah Dibanding di Singapura dan Thailand
Perlu diketahui, Thailand telah mencatat lebih dari 1,2 juta kasus infeksi dan 12.103 kematian sejak pandemi dimulai pada tahun lalu, dengan sebagian besar kasus positif serta kematian terjadi sejak April tahun ini.
Unjuk rasa juga terjadi saat Prayut menghadapi perdebatan di parlemen dalam debat kecaman yang dimulai pada awal pekan ini.
Oposisi menuduh dirinya dan lima menteri di kabinetnya melakukan korupsi, tidak bisa memperbaiki ekonomi, dan ceroboh dalam menangani Covid-19.
Sementara itu, Prayut dan para menterinya telah membantah tuduhan oposisi dan membela kinerja mereka di depan parlemen.
Baca juga: PM Thailand Prayut Chan-o-cha Hadapi Mosi Tidak Percaya untuk Ketiga Kalinya sejak 2019
Mereka diperkirakan akan selamat dari mosi tidak percaya yang dijadwalkan pada Sabtu mendatang, karena mayoritas partai koalisi yang berkuasa di parlemen.
Kendati demikian, para pengunjuk rasa mengatakan bahwa mereka akan terus menekan Prayut.
Seperti yang disampaikan salah satu pemimpin aksi unjuk rasa, Nattawut Saikua.
"Anggota parlemen harus memilih antara rakyat atau Prayut yang gagal dan telah menyebabkan kerugian serta kematian lebih dari 10.000 orang. Jika Prayut lolos dari mosi tidak percaya dan tetap menjadi Perdana Menteri, kami akan terus mengusirnya," kata Saikua.
Unjuk rasa di Asoke memang berlangsung damai, namun sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-pemerintah yang beraksi di dekat kediaman resmi Perdana Menteri di wilayah lain kota itu tampak menyalakan petasan dan membakar ban mobil pada hari Kamis kemarin.