Jepang ''Wait and See'', Pasti Tidak yang Pertama Mengakui Pemerintahan Taliban
Jepang masih "wait and see" lihat sana-sini kepada banyak negara yang akan menanggapi pemerintahan baru Taliban Afghanistan yang baru. Sudah pasti tid
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang masih "wait and see" lihat sana-sini kepada banyak negara yang akan menanggapi pemerintahan baru Taliban Afghanistan yang baru. Sudah pasti tidak akan jadi yang pertama mengakuinya.
"Yang pasti Jepang tidak akan jadi yang pertama mengakui pemerintahan baru Afghanistan di bawah Taliban," papar Yoshimasa Hayashi, mantan 4 macam menteri, menteri pertahanan, menteri kebijakan fiskal dan ekonomi, mantan pertanian kehutanan perikanan dan mantan menteri pendidikan budaya olahraga saind dan teknologi, serta mantan anggota majelis tinggi Jepang yang berhenti 16 Agustus 2021, kepada Tribunnews.com pagi ini (9/9/2021).
Menurutnya, Jepang masih akan melihat tanggapan banyak negara mulai dari Amerika Eropa dan sebagainya.
"Selain masih melihat banyak tanggapan berbagai negara, pengakuan Jepang kepada pemerintahan baru Afghanistan juga pasti akan diberikan oleh PM Jepang yang baru nantinya di bulan Oktober 2021," tambahnya.
Baca juga: Proses Evakuasi WNI dari Afghanistan Rumit, Taliban Kawal dari KBRI Hingga Bandara Kabul
Saat ini pemilihan calon Presiden partai liberal demokrat (LDP) yang akan diputuskan ketahuan hasilnya 29 September 2021.
Lalu hasil pemilu nasional atas majelis rendah yang baru nantinya 20 Oktober 2021. Apabila LDP dan Komeito kembali meraih kursi mayoritas maka Ketua LDP yang baru terungkap 29 September mendatang, akan menjadi PM Jepang ke-100 menggantikan PM Yoshihide Suga yang berakhir masa jabatannya sebagai Ketua LDP tanggal 30 September 2021.
Hayashi yang juga orang paling dekat dengan Fumio Kishida calom Presiden LDP berkawan sekitar 16 tahun dengannya, juga mengungkapkan kebijakan Jepang akan seperti sekarang tak banyak perubahan.
"Aliansi dengan Amerika Serikat adalah yang paling penting. Kemudian kita akan perhatikan negara tetangga seperti Korea dan China. Namun pada hakekatnya kebijakan internasional Jepang hanya akan diambil yang realistik saja, yang umum saja seperti yang dilakukan lainnya kalau nanti Kishida terpilih sebagai PM Jepang ke-100," tambahnya lagi.
Hayashi sendiri yang baru saja berhenti sebagai anggota majelis tinggi parlemen Jepang 16 Agustus 2021, akan mencari posisi sebagai anggota parlemen majelis rendah melalui prefektur Yamaguchi dengan kedudukan sebagai Independen, tidak lewat LDP karena LDP sudah ada wakilnya di Yamaguchi dan rival kuatnya yaitu Takeo Kawamura.
"Saat saya ikut pencalonan Presiden LDP di masa lalu banyak yang mengatakan kepada saya tak ada dalam sejarah LDP, anggota majelis tinggi terpilih sebagai pemimpin LDP, meskipun tak ada larangan anggota majelis tinggi ikut dalam pemilihan Presiden LDP. Itu sebabnya saya beralih haluan untuk mencari posisi sebagai anggota majelis rendah kali ini," papar Hayashi lagi yang lulusan Universitas Harbard dan bahasa Inggrisnya lancar.