Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Macron dan Biden Bahas Kesepakatan Kapal Selam Australia, Dubes Prancis Kembali Bertugas di AS

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden membahas Aliansi Indo-Pasifik dan kesepakatan kapal selam Australia yang diprotes Prancis

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Macron dan Biden Bahas Kesepakatan Kapal Selam Australia, Dubes Prancis Kembali Bertugas di AS
AFP
Dalam gambar yang dirilis oleh Gedung Putih ini, Presiden AS Joe Biden berbicara di telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 22 September 2021, di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, DC. Biden dan Macron berbicara untuk pertama kalinya sejak perselisihan meletus atas penjualan kapal selam ke Australia. 

TRIBUNNEWS.COM, PARIS  - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pembicaraan pada Rabu (22/9/2021) malam untuk menyusul pembentukan aliansi Indo-Pasifik yang disebut  AUKUS.

Juru Bicara Kabinet Prancis Gabriel Attal mengatakan pembicaraan akan mengklarifikasi pembentukan aliansi Indo-Pasifik, yang membuat Australia membatalkan kontrak kapal selam senilai 66 miliar dolar AS dengan Prancis.

"Percakapan antara Presiden Macron dan Biden dijadwalkan hari ini (Rabu, Red)," kata Attal pada briefing.

Ia menambahkan, para pemimpin bermaksud membahas dalam kondisi apa Australia membuat keputusan tentang kapal selam itu.

Pembicaraan ini terjadi setelah minggu lalu, Australia mengumumkan kemitraan keamanan baru, AUKUS, dengan AS dan Inggris.

Baca juga: Presiden Biden Ajak Macron Segera Bahas Kesepakatan Kapal Selam Australia

Baca juga: Soroti AUKUS, Menlu Retno Ingatkan Soal Ancaman Stabilitas Kawasan

Australia secara sepihak keluar dari kesepakatan kapal selamnya dengan Prancis senilai 66 miliar dolar AS, untuk mendukung rencana membangun kapal selam di dalam negeri menggunakan teknologi reaktor nuklir Amerika dan Inggris.

Setelah kedua pemimpin Prancis dan AS berbicara melalui telepon, Duta Besar Prancis untuk AS Philippe Etienne akan kembali ke Washington minggu depan.

Berita Rekomendasi

Juru Bicara Gedung Putih mengumumkan Rabu (22/9/2021) bahwa kedua pemimpin sepakat untuk bertemu pada akhir Oktober, di suatu lokasi di Eropa.

Juru Bicara Gedung Putih lebih lanjut mengindikasikan bahwa kesepakatan trilateral AS-Inggris-Australia pekan lalu akan mendapat manfaat dari konsultasi terbuka di antara sekutu.

Istana Elysee Prancis mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa duta besarnya akan kembali ke Washington.

Baca juga: Merasa Dikhianati, Prancis Tarik Duta Besar di AS dan Australia Buntut Kesepakatan soal Kapal Selam

Baca juga: Prancis Merasa Ditikam Dari Belakang, Tuduh AS Gagalkan Kesepakatannya dengan Australia

Disebutkan, Presiden Prancis dan pemimpin AS menyepakati konsultasi mendalam untuk membangun kembali kepercayaan antara dua sekutu NATO.

Pengumuman oleh Gedung Putih dan kantor kepresidenan Prancis Rabu (22/9/2021) muncul hanya beberapa jam setelah Menteri Pertahanan Florence Parly mengatakan bahwa beberapa anggota aliansi telah setuju untuk merevisi konsep strategis aliansi.

“Alasan keberadaan NATO adalah keamanan transatlantik. Inilah yang ingin kami ingatkan kepada Amerika Serikat,” katanya.

“Oleh karena itu, mitra kami memutuskan, atas inisiatif kami, serta atas inisiatif Jerman, untuk merevisi konsep strategis aliansi, " kata Parley, berbicara pada pertemuan Senat Prancis pada hari Rabu.

Menteri pertahanan mengatakan konsep baru akan dibahas pada pertemuan puncak aliansi mendatang di Madrid. “Menjadi sekutu bukan berarti menyandera kepentingan negara lain,” tegasnya.

Baca juga: AS, Inggris, dan Australia Umumkan Aliansi Indo-Pasifik, Disebut untuk Lawan China

Baca juga: Pakar: Sebaiknya Indonesia Merapat Ke China Terkait Rencana Australia Buat Kapal Selam Nuklir

Prancis menarik dubesnya untuk AS dan Australia menyusul pengumuman aliansi AUKUS 15 September lalu.

AUKUS mencakup langkah-langkah tentang artificial intelligence (AI), perang siber, dan kemungkinan penempatan lebih banyak pasukan AS dan kemampuan Angkatan laut di Australia.

Pakta itu juga memungkinkan Canberra membangun armada kapal selam bertenaga nuklir dengan menggunakan reaktor Amerika dan Inggris.

Prancis menganggap Pakta AUKUS sebagai tikaman dari belakang. Apalagi Australia memiliki perjanjian pembelian 12 kapal selam serang dengan Prancis senilai 66 miliar dolar AS. (Tribunnews.com/Sputniknews/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas