Fauci Ajak Warga Amerika untuk Tetap Divaksin Meski Obat dari Merck Bisa Turunkan Risiko Kematian
Dr. Anthony Fauci menyerukan perlunya vaksinasi bagi warga negara Amerika Serikat yang belum divaksin, meski obat untuk penanganan Covid-19 tersedi
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Uji coba melibatkan pasien yang baru saja dinyatakan positif Covid-19 dan memiliki gejala ringan hingga sedang dalam lima hari terakhir setelah uji coba dimulai.
Para peserta uji klinis harus memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk gejala yang buruk, seperti memiliki obesitas, diabetes, penyakit jantung, atau berusia 60 tahun ke atas.
Baca juga: Naik 51 Persen, Merck Cetak Laba Rp 53 Miliar di Kuartal I 2021
Baca juga: Pil Antivirus Covid-19 dari Merck Disebut dapat Mengurangi Risiko Keparahan dan Kematian
Beberapa peserta menerima plasebo dan perawatan standar.
Sementara yang lain menerima dosis oral obat setiap 12 jam selama 5 hari.
Setelah 29 hari masa tindak lanjut, 53 dari 377 peserta yang menerima plasebo dirawat di rumah sakit karena COVID-19, dan delapan di antaranya meninggal.
Di antara mereka yang menerima obat, hanya 28 dari 385 orang yang dirawat di rumah sakit dan tidak ada pasien yang meninggal.
Dengan kata lain, 7,3 persen pasien yang menggunakan obat itu dirawat di rumah sakit atau meninggal dibandingkan dengan 14,1 persen pada kelompok plasebo.
Merck juga menyoroti bahwa uji coba itu bersifat global dan obat itu tampaknya bekerja sama baiknya melawan berbagai varian SARS-CoV-2, termasuk delta, gamma, dan mu.
Merck mencatat bahwa mereka memiliki data genetik virus untuk mengidentifikasi varian dari 40 persen peserta.
Hasil keamanan sama-sama menjanjikan, dengan peserta melaporkan jumlah efek samping terkait obat yang serupa antara kelompok plasebo daripada kelompok obat (11 persen dan 12 persen, masing-masing).
Sekitar 3,4 persen orang dalam kelompok plasebo berhenti dari penelitian karena efek samping, sementara pada kelompok obat hanya 1,3 persen yang berhenti.
Mitologi Farmasi
Obat penanganan Covid-19 ini diberinama molnupiravir, nama yang terinspirasi dari palu Thor, Mjölnir.
Idenya adalah bahwa obat itu diyakini akan menyerang SARS-CoV-2, seperti pukulan dahsyat dari dewa guntur.