Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

ASEAN Pertimbangkan Tidak Undang Pimpinan Junta Militer Myanmar di KTT, Ini Alasannya

Asosiasi negara di Asia Tenggara, ASEAN, sedang berdiskusi untuk tidak mengundang pimpinan junta militer Myanmar di pertemuan puncak bulan ini.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
zoom-in ASEAN Pertimbangkan Tidak Undang Pimpinan Junta Militer Myanmar di KTT, Ini Alasannya
Ye Aung THU / AFP
Dalam file foto yang diambil pada 19 Juli 2018 ini, Kepala Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing, panglima tertinggi angkatan bersenjata Myanmar, datang untuk memberikan penghormatan kepada pahlawan kemerdekaan Myanmar Jenderal Aung San dan delapan orang lainnya yang dibunuh pada tahun 1947, selama sebuah upacara untuk memperingati 71 tahun Hari Martir di Yangon. Militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada 1 Februari 2021, menahan pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi saat memberlakukan keadaan darurat satu tahun. 

Juru bicara junta Myanmar Zaw Min Tun sejauh ini belum menanggapi.

Pekan lalu dia mengatakan pada konferensi pers bahwa Myanmar bekerja sama dengan ASEAN "tanpa mengorbankan kedaulatan negara".

Junta Militer Culik Anak-anak

Menurut PBB dalam laporan The Guardian pada 23 September 2021, militer Myanmar melakukan penculikan sistematis kepada kerabat dari orang yang ingin ditangkap, termasuk anak-anak.

Militer dan pasukannya telah menewaskan lebih dari 1.100 orang, lapor PBB.

Mereka disebut menggunakan senapan semi-otomatis dan penembak jitu kepada pengunjuk rasa pro-demokrasi.

Senjata yang dirancang untuk konfrontasi militer, seperti peluncur granat dan peluru artileri, juga digunakan untuk melawan pengunjuk rasa dan ditembakkan ke daerah pemukiman, kata laporan.

Berita Rekomendasi

"Korban pasukan keamanan sering mengalami luka di kepala dan dada mereka, menunjukkan bahwa mereka menjadi sasaran bahaya maksimum," kata laporan itu.

Pada Juli, junta telah membunuh sedikitnya 75 anak mulai dari usia 14 bulan hingga 17 tahun, menurut Tom Andrews, pelapor khusus situasi HAM di Myanmar.

Para pengunjuk rasa berlari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 1 Maret 2021.
Para pengunjuk rasa berlari selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 1 Maret 2021. (STR / AFP)

Baca juga: Melihat Kehidupan Warga Myanmar yang Melarikan Diri ke Desa Perbatasan India

Baca juga: Menlu Ingatkan Penguatan ASEAN Hadapi Ancaman Keamanan di Kawasan

Militer, tambahnya, secara rutin menculik anggota keluarga ketika tidak dapat menemukan sasaran yang ingin ditangkap.

"Saya telah menerima laporan yang dapat dipercaya bahwa pasukan junta telah secara sewenang-wenang menahan setidaknya 177 orang ketika target berhasil lolos dari penangkapan."

"Korban-korban ini termasuk anak-anak yang sangat muda berusia 20 minggu," katanya.

Lebih dari 8.000 orang telah ditahan sejak militer merebut kekuasaan pada 1 Februari.

Junta menangkap siapa saja yang menentang kekuasaannya, mulai dari politisi terpilih, aktivis, pekerja medis, dan jurnalis.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas