Lumpuh di Usia 20 Tahun, Wanita Ini Perjuangkan Hak-hak Disabilitas di Singapura
Fathima Zohra yang lumpuh ketika usia 20 tahun bertekad memperjuangkan hak-hak disabilitas di Singapura.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Empat tahun setelah kecelakaan itu, Zohra sekarang bekerja penuh waktu sebagai manajer program di Runninghour, sebuah koperasi olahraga yang mengintegrasikan orang-orang dengan kebutuhan khusus melalui lari.
Dia juga seorang penyandang cacat aktif dan advokat kesehatan mental yang masih berhasil menemukan waktu untuk melanjutkan pemodelan.
Akun Instagramnya @zoraaaax6 diisi dengan tulisan motivasi, kecantikan, dan perjalanan kebugarannya yang menginspirasi ribuan pengikutnya.
Melalui proses untuk berdamai dengan kondisinya, dia menemukan tujuan dan suara baru.
“Saya sangat vokal tentang disabilitas saya karena saya ingin orang merasa nyaman melihat penyandang disabilitas di mana-mana,” kata Zohra.
“Anda akan melihat saya di pantai, Anda akan melihat saya di restoran. Dan saya melakukan ini dengan harapan masyarakat mulai memperlakukan penyandang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat juga, Anda tahu? Karena kita bisa hidup berdampingan.”
Insiden lain yang sangat mempengaruhinya adalah saat orang asing yang datang untuk menyentuh kakinya menanyakan apakah dia bisa merasakannya.
“Sulit menjadi seorang wanita di masyarakat saat ini, tetapi dapatkah Anda membayangkan menjadi seorang wanita cacat?” katanya.
“Jadi saya memutuskan untuk memperjuangkan representasi yang lebih baik. Saya tidak ingin wanita mana pun merasakan apa yang saya rasakan sebagai wanita cacat.”
Mendukung penyandang disabilitas dan mendidik mereka yang berbadan sehat menjadi inklusif telah menjadi kunci bagi Zohra.
Pada tahun 2019, Zohra menerima Penghargaan Pengaktifan Goh Chok Tong.
Pada bulan September, dia ikut serta dalam kegiatan penggalangan dana untuk Society for the Physically Disabled (SPD).
Acara ini merupakan perjalanan 72km melintasi Singapura dengan kursi roda dan dia adalah satu dari dua peserta yang menggunakan kursi roda.
Meskipun menderita sakit kronis dan efek samping dari obat-obatannya, Zohra mengatakan bahwa meminjamkan suaranya ke berbagai organisasi seperti SPD, Asosiasi Distrofi Otot Singapura dan Make The Change membuatnya terus maju.