Pasukan Israel Tembak Mati Bocah Palestina Berusia 13 Tahun di Tepi Barat
Laki-laki Palestina berusia 13 tahun meninggal setelah ditembak oleh pasukan Israel di tengah protes terhadap pemukiman ilegal di Tepi Barat.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah laki-laki Palestina berusia 13 tahun meninggal setelah ditembak oleh pasukan Israel di tengah protes terhadap pemukiman ilegal di Tepi Barat.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bocah bernama Mohammed Daadas tersebut meninggal di rumah sakit pada hari Jumat (5/11/2021).
Melansir Al Jazeera, Daadas meninggal setelah ditembak di bagian perut.
Enam warga Palestina lainnya dirawat di lokasi konfrontasi di desa Beit Dajan, timur Nablus, setelah menghirup gas air mata yang diluncurkan oleh pasukan Israel.
Baca juga: Berita Foto : Polisi Israel Bentrok Dengan Yahudi Ultra Ortodoks
Baca juga: AS Mengecam Rencana Israel Perluas Pemukiman di Wilayah Palestina yang Diduduki di Tepi Barat
Tidak ada komentar langsung dari militer Israel atas insiden tersebut.
Sementara itu, dua warga Palestina lainnya terluka dalam bentrokan di Beita, desa Tepi Barat lainnya, di mana penduduk setempat telah berjuang selama berbulan-bulan untuk mengusir pemukim Israel dan militer dari puncak bukit.
Itu terjadi beberapa hari setelah Israel mengumumkan akan memajukan rencana untuk 3.000 lebih banyak rumah ilegal bagi pemukim Yahudi di Tepi Barat, meskipun ada kritik internasional.
Israel juga telah memajukan rencana untuk membangun sekitar 1.300 rumah bagi warga Palestina di Tepi Barat.
Namun, para kritikus memandang langkah itu sebagai upaya untuk menangkis kecaman global atas pembangunan pemukiman.
Baca juga: Bertemu Biden, Jokowi ajak Amerika Serikat Kembangkan Mobil Listrik dan Baterai Lithium di Indonesia
Baca juga: Transgender Nur Sajat Dapat Suaka di Australia, Kepolisian Malaysia Masih Usahakan Ekstradisi
Israel merebut Tepi Barat dan menduduki Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967 dan orang-orang Israel garis keras.
Termasuk Perdana Menteri Naftali Bennett, memandang tanah Palestina di Tepi Barat sebagai jantung sejarah Yahudi.
Ratusan ribu orang Israel sejak itu pindah ke pemukiman yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Bennett telah mengesampingkan pembicaraan damai formal dengan Otoritas Palestina, dengan mengatakan dia lebih memilih untuk fokus pada perbaikan ekonomi.
(Tribunnews.com/Yurika)