PM Irak Tampil di TV Tak Lama setelah Selamat dari Serangan Drone, Tangan Kiri Tampak Diperban
Beberapa jam setelah selamat dari dugaan upaya pembunuhan, perdana menteri Irak Mustafa al-Kadhimi memimpin pertemuan dengan komandan keamanan utama
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Mereka secara tidak langsung menyalahkan Amerika Serikat, mengklaim bahwa insiden tersebut adalah untuk kepentingan pihak-pihak yang telah menginvasi stabilitas, keamanan, kemerdekaan dan integritas teritorial Irak selama 18 tahun terakhir.
Sementara itu, AS menawarkan bantuan untuk penyelidikan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan: "Tindakan terorisme yang nyata ini, yang kami kutuk keras, diarahkan ke jantung negara Irak."
Al-Kadhimi, yang merupakan kepala intelijen Irak sebelum menjadi perdana menteri Mei lalu, mengatakan ia telah menerima telepon dari beberapa pemimpin dunia pada hari Minggu, termasuk kepala negara Prancis, Mesir, Yordania dan Lebanon.
Kata Analis
Seorang analis menyebut serangan pesawat tak berawak tersebut mungkin bisa dilihat sebagai peringatan, bukan upaya pembunuhan yang gagal.
"Apa yang telah kita lihat di masa lalu adalah penggunaan kekerasan, tidak harus untuk membunuh, tetapi untuk memperingatkan bahwa 'kami di sini'," ujar Renad Mansour, kepala Inisiatif Irak dari lembaga pemikir Chatham House, kepada The New York Times.
"Saya pikir ini juga akan menjadi peringatan yang mungkin salah karena Anda bisa mendapatkan sedikit lebih banyak popularitas dan simpati sebagai perdana menteri yang selamat dari upaya pembunuhan."
Kekhawatiran muncul bahwa serangan pesawat tak berawak dapat semakin mengacaukan negara dan membuat penyelesaian politik lebih sulit.
The New York Times juga mengutip Ali al-Hussayni, seorang pria berusia 50 tahun yang memiliki sebuah toko di dekat pintu masuk Zona Hijau.
Ia mengatakan, "Saya tidak mengatakan orang-orang tidak takut sama sekali, tetapi kami telah melihat jauh lebih buruk dari ini."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)