Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Seorang Ayah di Afghanistan Terpaksa Nikahkan Putrinya yang Masih di Bawah Umur untuk Lunasi Utang

Terlilit utang, Seorang pekerja pabrik batu bata Afghanistan menikahkan putrinya yang masih di bawah umur karena ekonomi yang semakin sulit.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Seorang Ayah di Afghanistan Terpaksa Nikahkan Putrinya yang Masih di Bawah Umur untuk Lunasi Utang
AFP
(Ilustrasi) Anak-anak di Distrik Nad Ali, Provinsi Helmand, Afghanistan - Seorang ayah menikahkan putrinya yang masih di bawah umur untuk melunasi utang. 

"Jumlah kasus telah meningkat begitu banyak karena kelaparan. Orang tidak punya apa-apa dan tidak bisa memberi makan anak-anak mereka," kata Frogh.

"Ini sepenuhnya ilegal, dan tidak diperbolehkan dalam agama," tambahnya.

UNICEF mengatakan telah memulai program bantuan tunai untuk membantu mengurangi risiko kelaparan dan pernikahan anak, dan bekerja sama dengan para pemimpin agama untuk menghentikan upacara yang melibatkan gadis di bawah umur.

Sebelum Taliban mengambil alih, usia pernikahan minimum yang sah adalah 16 tahun untuk anak perempuan, di bawah usia minimum yang diakui secara internasional yaitu 18 tahun.

Taliban mengatakan mereka hanya mengakui hukum Syariah yang tidak menetapkan usia minimum, membiarkannya terbuka untuk interpretasi.

Data nasional terbaru menunjukkan 28 persen anak perempuan di Afghanistan menikah sebelum mereka mencapai usia 18 tahun, dan 4 persen sebelum usia 15 tahun.

Baca juga: Utusan PBB: Taliban Tak Mampu Bendung Pertumbuhan ISIS-K, Hadir di Setiap Provinsi di Afghanistan

Baca juga: Krisis Pangan Afghanistan, Taliban Sebut Warisan dari Pemerintahan Sebelumnya

Tetapi Frogh dan aktivis hak-hak perempuan Afghanistan Jamila Afghani memperkirakan bahwa hingga setengah dari anak perempuan dapat dipaksa menikah sebelum mereka berusia 18 tahun jika krisis berlanjut.

Berita Rekomendasi

Anak perempuan yang menikah di usia muda berisiko lebih tinggi mengalami pemerkosaan dalam perkawinan, kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi, dan komplikasi kehamilan yang berbahaya.

"Itu menghancurkan hidup mereka, kesehatan psikologis, emosional, fisik dan seksual mereka," kata Afghani.

"Gadis-gadis ini sering diperlakukan sebagai pelayan, sebagai budak."

Afghani mengatakan para aktivis baru-baru ini melakukan intervensi untuk menghentikan pernikahan seorang gadis berusia sembilan tahun dengan seorang pria berusia 30-an untuk mahar 50.000 Afghani (US$538) di provinsi Ghazni di tenggara.

(Tribunnews.com/Yurika)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas