Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO Minta Publik Tak Terlena dengan 'Rasa Aman Palsu' setelah Divaksin Covid-19

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan publik soal 'rasa aman palsu' usai divaksinasi Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in WHO Minta Publik Tak Terlena dengan 'Rasa Aman Palsu' setelah Divaksin Covid-19
AFP/MENAHEM KAHANA
Seorang petugas kesehatan Israel memberikan dosis vaksin Pfizer/BioNTech Covid-19 kepada seorang anak berusia enam tahun di Layanan Kesehatan Clalit di Yerusalem pada 23 November 2021, saat Israel memulai kampanye vaksinasi virus corona untuk anak-anak berusia lima hingga 11 tahun - Israel pada 14 November memberi lampu hijau untuk mulai memvaksinasi anak-anak berusia antara lima dan 11 tahun terhadap Covid-19 menggunakan tusukan Pfizer/BioNTech, mengikuti contoh Amerika Serikat. Itu adalah salah satu negara pertama yang meluncurkan kampanye vaksinasi tahun lalu menggunakan suntikan berkat kesepakatan dengan Pfizer yang memberinya akses ke jutaan dosis dengan imbalan data tentang kemanjuran vaksin. (Photo by MENAHEM KAHANA / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan publik soal 'rasa aman palsu' setelah divaksinasi Covid-19.

Pihaknya mengingatkan bahwa pandemi virus corona ini belum berakhir.

Tedros mengatakan, banyak orang berpikir salah bahwa sudah divaksin artinya tidak perlu lagi menjaga protokol kesehatan (prokes) atau tindakan pencegahan lain.

"Di banyak negara dan komunitas, kami khawatir tentang rasa aman yang salah bahwa vaksin telah mengakhiri pandemi, dan bahwa orang yang divaksinasi tidak perlu mengambil tindakan pencegahan lainnya," kata Tedros dalam konferensi pers, Rabu (24/11/2021).

"Vaksin menyelamatkan nyawa, tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.

Baca juga: WHO: Vaksin Hanya 40 Persen Mengurangi Penularan Covid-19, Prokes Harus Terus Dilakukan

Baca juga: WHO Beberkan Rencana Ubah Arus Pandemi, Begini Strateginya

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (VOA)

"Data menunjukkan bahwa sebelum kedatangan varian Delta, vaksin mengurangi penularan sekitar 60 persen. Dengan Delta, itu turun menjadi sekitar 40 persen," Tedros memperingatkan.

Menurutnya, varian Delta saat ini mendominasi kasus Covid-19 di dunia.

Berita Rekomendasi

"Bahkan jika Anda telah divaksinasi, terus lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah diri Anda sendiri terinfeksi, dan menginfeksi orang lain yang dapat meninggal," ujar Tedros.

"Itu berarti memakai masker, menjaga jarak, menghindari keramaian dan bertemu orang lain di luar jika Anda bisa, atau di ruang yang berventilasi baik di dalam," pungkasnya.

Eropa Jadi Episentrum Pandemi

Negara-negara di Eropa belakangan ini mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan.

Hal ini disebabkan varian Delta yang sangat menular, tingkat vaksinasi yang rendah atau lambat, faktor cuaca dingin, hingga pelonggaran pembatasan.

Bahkan WHO menilai masyarakat Eropa saat ini berperilaku sosial layaknya sebelum terjadi pandemi.

Padahal ada peningkatan kasus Covid-19 dan kematian yang tinggi hingga membuat fasilitas kesehatan penuh.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas