Wanita Afghanistan di Kabul Tuntut Taliban Hormati Hak Perempuan dan Minta Hentikan 'Mesin Kriminal'
Wanita Afghanistan di Kabul menuntut Taliban untuk menghormati hak-hak perempuan dan meminta Taliban menghentikan pembunuhan.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Sekelompok wanita di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, kembali turun ke jalan untuk meminta Taliban menghormati hak-hak kaum perempuan.
Sekitar 30 wanita berkumpul di dekat sebuah masjid di Kabul pada Selasa (28/12/2021) dan berbaris sambil meneriakkan "keadilan, keadilan".
Seorang pengunjuk rasa bernama Nayera Koahistani, mengatakan, dia ingin kaumnya diperlakukan dengan adil dan diberi kebebebasan sesuai hak asasi manusia.
"Kami menginginkan kebebasan, kami menginginkan keadilan, kami menginginkan hak asasi manusia," kata Nayera Koahistani seperti dikutip Aljazeera.
Nayera Koahistani juga meminta dunia memberitahu Taliban untuk berhenti membunuh.
Baca juga: Taliban Larang Wanita Afghanistan Berpergian Jauh Tanpa Ditemani Kerabat Pria
"Saya ingin memberitahu dunia, memberitahu Taliban untuk berhenti membunuh," katanya.
Permintaan itu berkaitan dengan laporan Amnesty International dan Human Rights Watch yang menyebut Taliban telah melakukan lebih dari 100 pembunuhan di luar proses hukum sejak pengambilalihan.
Mereka yang dibunuh adalah tentara yang melayani bekas pemerintah yang didukung Amerika Serikat.
Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh pengunjuk rasa, Laila Basam, para demonstran meminta Taliban untuk menghentikan 'mesin kriminalnya'.
Pernyataan tersebut mengatakan mantan tentara dan mantan karyawan pemerintah yang digulingkan berada di bawah ancaman langsung Taliban.
Baca juga: PBB Akan Bayar Uang Keamanan Rp84 Miliar kepada Taliban
Di mana hal tersebut telah melanggar amnesti umum yang diumumkan oleh Taliban pada Agustus.
Para pengunjuk rasa juga menyampaikan keberatan terhadap pembatasan yang dihadapi perempuan di bawah pemerintahan Taliban.
Untuk diketahui, pada akhir pekan lalu, Taliban mengeluarkan aturan tentang larangan wanita bepergian jarak jauh kecuali dikawal oleh kerabat dekat pria.
"Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Kami harus mempertahankan hak kami," kata Nayera Koahistani.
Berbicara dari Kabul, Mahbooba Saraj, ketua Jaringan Wanita Afganistan, mengatakan, langkah itu membuat perempuan sulit untuk pergi.
Sebab, banyak wanita yang tidak memiliki mahram atau wali laki-laki untuk menemani.
"Ini adalah cara lain untuk menempatkan pembatasan pada wanita tanpa alasan yang jelas," kata Mahbooba Saraj.
Adapun Taliban berusaha mencegah wartawan meliput aksi protes tersebut.
Bahkan pejuang Taliban menahan sekelompok wartawan dan menyita peralatan dari beberapa fotografer, menghapus gambar dari kamera mereka sebelum mengembalikannya.
Sementara itu, rekaman video yang diunggah di media sosial pada hari Selasa menunjukkan aksi protes sekelompok wanita lain yang diadakan di tempat lain di ibu kota juga menyerukan agar perempuan diizinkan mendapatkan pendidikan dan kesempatan kerja.
Baca juga: Menlu Indonesia Bertemu Perwakilan Taliban di Islamabad
Pejuang Taliban melepaskan tembakan ke udara yang mengakhiri protes menuntut perbaikan pasokan makanan dan kesempatan kerja.
Sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus, mereka secara efektif melarang protes dan sering melakukan intervensi untuk memblokir demonstrasi menentang kekuasaannya.
Para pemimpin Taliban telah berusaha untuk memproyeksikan citra yang lebih moderat dalam beberapa bulan terakhir, termasuk mengatakan perempuan dan anak perempuan akan dapat bersekolah dan bekerja sesuai dengan hukum Islam.
Sekolah untuk anak perempuan di bawah Taliban tidak menentu, dan di banyak provinsi, mereka tidak diizinkan bersekolah setelah kelas enam, tetapi di lebih dari 10 provinsi, sekolah dibuka.
Baca juga artikel lain terkait Konflik di Afghanistan
(Tribunnews.com/Rica Agustina)