Studi: Booster Johnson & Johnson 85 Persen Efektif Kurangi Risiko Rawat Inap Akibat Varian Omicron
Studi Afrika Selatan mengatakan bahwa booster vaksin Johnson & Johnson 85% efektif melindungi agar tidak rawat inap oleh varian Omicron.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Suntikan booster vaksin Johnson & Johnson Covid-19 disebut 85 persen efektif dalam melindungi agar tidak dirawat di rumah sakit oleh varian Omicron.
Kepala Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan (SAMRC), Glenda Gray pada hari Jumat (14/1/2022) mengatakan, vaksin ini efektif melindungi selama satu hingga dua bulan setelah diterima.
Gray mempresentasikan temuan studi SAMRC pada pengarahan kementerian kesehatan Afrika Selatan tentang gelombang keempat Covid-19, yang didorong oleh varian baru.
"Kami melihat efektivitas vaksin 85 persen dan kami melihat efektivitas vaksin semacam ini dipertahankan hingga dua bulan," kata Gray, seperti diberitakan CNA.
"Kami sangat senang melaporkan tingkat efektivitas vaksin yang sangat tinggi terhadap Omicron," sambungnya.
Baca juga: Vaksin Booster: Syarat Penerima, Mekanisme, Dosis dan Tata Cara Pemberian Vaksin
Baca juga: Biden Gandakan Alat Tes Covid Gratis dan Kerahkan Nakes ke 6 Negara Bagian yang Hadapi Kasus Omicron
Penelitian ini melibatkan 477.234 petugas kesehatan, semuanya divaksinasi dengan suntikan J&J.
Sementara 236.000 di antaranya telah menerima suntikan booster J&J.
Penelitian melihat rawat inap di antara petugas kesehatan yang telah terinfeksi selama gelombang keempat, dan menemukan bahwa suntikan booster mengurangi rawat inap sebesar 63 persen dalam dua minggu pertama setelah booster, naik menjadi 85 persen setelah itu antara satu dan dua bulan.
"Ini adalah bukti pertama efektivitas vaksin (terhadap Omicron) di dunia dengan menggunakan vaksin J&J," kata Gray.
Pihak berwenang Afrika Selatan sejauh ini mempertahankan preferensi untuk vaksin Pfizer telah memberikan 21 juta dosis, tiga kali lipat dari sekitar tujuh juta dosis vaksin J&J.
Tetapi suntikan J&J dianggap secara logistik jauh lebih disukai karena merupakan rejimen dosis tunggal, yang lebih mudah diberikan di daerah pedesaan terpencil, di mana tindak lanjut sulit dilakukan.
Data mendukung bukti global yang sudah kuat bahwa Omicron dapat menghindari perlindungan vaksin ketika datang ke infeksi awal.
Di antara peserta dalam penelitian ini, ada sekitar 30.000 infeksi terobosan selama gelombang Omicron, dibandingkan dengan masing-masing hanya sekitar 11.000 pada gelombang sebelumnya yang didorong oleh varian Delta dan Beta.
Studi ini juga menyoroti bahwa mereka yang terinfeksi HIV lebih rentan dirawat di rumah sakit dengan Omicron.