Abu Vulkanik Tunda Upaya Bantuan Selandia Baru untuk Tonga
Militer Selandia Baru juga mengirimkan dua kapal Angkatan Laut (AL) ke Tonga yang berangkat pada Selasa waktu setempat.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NUKU'ALOFA - Letusan gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai yang terjadi pada Sabtu lalu di Tonga telah menyebabkan munculnya awan abu setinggi 12 mil yang dapat menghalangi penerbangan dan upaya militer lainnya menuju pulau itu.
Militer Selandia Baru saat ini telah berusaha untuk mengirimkan bantuan, sementara warga Tonga berupaya untuk membersihkan landasan pacu mereka di Bandara Nuku'alofa agar penerbangan dapat mendarat.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (19/1/2022), Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta mengatakan bahwa sebuah pesawat Hercules C-130 yang membawa wadah air yang dapat dilipat, generator, peralatan kebersihan, dan bantuan kemanusiaan lainnya dalam keadaan siaga sampai landasan pacu dibersihkan.
Perlu diketahui, saat ini air merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan, karena sumber utama air bagi warga Tonga kini telah tercemar abu vulkanik.
Baca juga: Ilmuwan: Letusan Gunung Berapi Bawah Laut Tonga Berpotensi Dinginkan Belahan Bumi Selatan
Militer Selandia Baru juga mengirimkan dua kapal Angkatan Laut (AL) ke Tonga yang berangkat pada Selasa waktu setempat.
Selain itu, negara tersebut telah menjanjikan 1 juta dolar Selandia Baru atau setara 680.000 dolar Amerika Serikat (AS) untuk upaya bantuan.
Komunikasi dunia dengan Tonga memang hampir terputus karena kabel komunikasi bawah laut mengalami kerusakan akibat letusan.
Ketua dewan di Tonga Cable Ltd., Samiuela Fonua mengatakan kabel tampaknya putus hanya 10 hingga 15 menit setelah letusan gunung berapi, kemungkinan besar penyebabnya adalah karena terpotong oleh terumbu karang yang tajam.
Menurutnya, mungkin akan membutuhkan waktu sepekan untuk memperbaikinya.
Sementara itu, Australia mengirimkan penerbangan pengintaian militer untuk menilai kerusakan itu.
Saat ini sekitar 104.000 orang tinggal di negara yang terdiri dari 176 pulau itu.
36 diantaranya merupakan pulau berpenghuni.
Tongatapu, pulau utama Tonga, diketahui memiliki populasi tertinggi.
Saat peristiwa bencana itu terjadi, dua pulau kecil yakni Mango dan Fonoifua mengirimkan suar marabahaya.
Kantor Perdana Menteri Siaosi Sovaleni mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setiap rumah di pulau Mango yang menjadi tempat tinggal bagi 50 orang telah hancur, hanya 2 rumah yang tersisa di Fonoifua.
Sementara pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan pemerintah Tonga telah melaporkan kerusakan infrastruktur yang signifikan, lalu ada 3 kematian yang dikonfirmasi, serta kematian tambahan seorang wanita Inggris bernama Angela Glover yang meninggal saat mencoba menyelamatkan anjing-anjingnya.
Retakan akibat letusan itu tampak begitu besar sehingga gambarnya dapat ditangkap oleh satelit di luar angkasa, menyebabkan gelombang tsunami yang bahkan tercatat sampai ke bagian Barat Laut Pasifik, termasuk Alaska.
"Aktivitas vulkanik lebih lanjut tidak dapat dikesampingkan," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Senin lalu.
Para ilmuwan pun khawatir karena mereka saat ini sedang berjuang untuk memantau gunung berapi bawah laut ini.