Rusia Tuduh Barat Sebarkan Disinformasi terkait Ukraina: Tutupi Tindakan Agresif Mereka Sendiri
Rusia menuduh negara-negara Barat menyebarkan disinformasi tentang kemungkinan invasi Ukraina untuk menutupi tindakan agresif mereka sendiri.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengecam negara-negara Barat dan media karena dianggap telah menyebarkan disinformasi sekala besar atas kemungkinan invasi ke Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga menuduh mereka melakukannya untuk mengalihkan perhatian dari tindakan agresif mereka sendiri.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia itu datang hanya beberapa jam sebelum panggilan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Sabtu.
"Pada akhir 2021 dan awal 2022, ruang informasi global menghadapi kampanye media yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala dan kecanggihannya, yang tujuannya adalah untuk meyakinkan masyarakat dunia bahwa Federasi Rusia sedang mempersiapkan invasi ke wilayah Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Rusia sebagaimana dikutip CNN.
Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan memperingatkan bahwa serangan Rusia di Ukraina dapat segera dimulai, termasuk dengan bom dan rudal, Jumat (11/2/2021).
Baca juga: Gedung Putih: Orang Amerika Harus Tinggalkan Ukraina dalam Waktu 48 Jam
Sullivan menyarankan semua orang Amerika untuk meninggalkan negara itu secepat mungkin demi keselamatan mereka sendiri.
Sullivan mengatakan tidak jelas apakah Putin telah memutuskan untuk menyerang Ukraina atau tidak, tetapi jika hal itu terjadi akan ada "kemungkinan yang sangat berbeda".
Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pihaknya terus melihat tanda-tanda eskalasi Rusia yang sangat mengganggu, termasuk pasukan baru yang tiba di perbatasan Ukraina.
AS memperkirakan Rusia memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, dengan ribuan ditambahkan minggu ini, menurut seorang pejabat pemerintah.
Pada hari Kamis, gambar satelit baru yang dirilis oleh perusahaan teknologi yang berbasis di AS Maxar tampaknya menunjukkan penumpukan militer Rusia yang terus berlanjut di Krimea, Rusia barat dan Belarusia.
Baca juga: Situasi Rusia-Ukraina Semakin Memanas, Pemerintah RI Rencanakan Evakuasi WNI
Gambar-gambar itu dirilis pada hari yang sama Rusia dan Belarus memulai 10 hari latihan militer bersama, menggarisbawahi ketakutan pejabat intelijen Ukraina bahwa Rusia dapat menggunakan Belarus sebagai teater operasi penuh.
Rusia meningkatkan kehadiran militernya di Belarus dari beberapa ribu tentara pada Januari menjadi sekitar 30.000 pada bulan ini.
Sementara itu, di ibukota Ukraina, Walikota Kyiv Vitali Klitschko menguraikan langkah-langkah untuk menjaga fasilitas infrastruktur penting dan sosial jika terjadi kemungkinan keadaan darurat, Jumat (11/2/2022).
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Telegram, Klitschko mengatakan tentang upayanya menghadapi kemungkinan tersebut.
"Upaya kami bertujuan untuk mencegah atau mengatasi kemungkinan provokasi dan menahan serangan militer," kata Klitschko.
Baca juga: Gambar Satelit Baru Tunjukkan Berlanjutnya Penumpukan Militer Rusia di Tiga Sisi Ukraina
Dia mengatakan upaya itu termasuk menghasilkan produksi listrik tambahan dan menciptakan cadangan bahan bakar untuk jangka waktu hingga 10 hari.
Selain itu, ada lebih dari 500 fasilitas penyimpanan dan hampir 4.500 "struktur penggunaan ganda" yang tersedia sebagai layanan perlindungan sipil di seluruh kota.
Klitschko juga mengatakan rencana evakuasi telah disiapkan di tingkat distrik di seluruh ibu kota.
(Tribunnews.com/Ica)