Sosok Vladimir Putin, Presiden Rusia yang Perintahkan Serang Ukraina, Berkuasa 22 Tahun & Kaya Raya
Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya benar-benar memerintahkan serangan militer ke Ukraina.
Editor: Hasanudin Aco
"Sangat terasa bahwa Uni Soviet sedang sekarat, negeri itu sedang menghadapi penyakit mematikan yang tak ada obatnya, kelumpuhan kekuasaan," tambah Putin.
Judah kemudian menulis bahwa bagi Putin dan generasinya yang bukan berasal dari keluarga intelektual dan meyakini bahwa Uni Soviet adalah sebuah kesuksesan tanpa cela, kondisi itu amat menakutkan.
Awal karier politik
Selamat dari kekacauan di masa transisi Uni Soviet, pada 1991 Putin mengundurkan diri dari KGB dan pulang ke kampung halamannya Leningran yang sekarang dikenal dengan nama St Petersburg.
Di sana, Putin bekerja untuk wali kota pertama yang dipilih secara demokratis, yang juga dosennya semasa kuliah, Anatoly Sobchak.
Di masa membantu Sobchak, Putin lebih banyak berada di belakang layar. Namun, Putin disebut sebagai orang yang bisa menyelesaikan masalah dan sosok yang amat diandalkan Sobchak.
Putin tak sekadar membantu tetapi juga banyak belajar politik praktis dari Sobchak, yang memiliki kecenderungan sebagai pemimpin otoriter.
Putin dikenal amat setia kepada Sobchak yang gagal menjabat kedua kalinya dalam pemilihan wali kota pada 1996 setelah kalah dari Vladimir Yakovlev.
Yakovlev, di masa Sobchak memimpin adalah wakil wali kota bersama Putin. Saat menang, Yakovlev menawarkan jabatan kepada Putin. Namun, tawaran itu ditolak sang mantan agen KGB.
"Saya memilih untuk digantung karena setia, ketimbang mendapat jabatan karena berkhianat," ujar Putin kala itu.
Pada 1996, Putin dan keluarganya pindah ke Moskwa. Di sana kariernya semakin cemerlang dan menjadi kepala FSB, dinas rahasia pengganti KGB pada 1998.
Putin menjadi kepala FSB setelah ditunjuk Boris Yeltsin yang saat itu menjadi presiden Rusia. Yeltsin amat terkesan dengan kisah loyalitas Putin.
"Direktur FSB adalah jabatan yang hanya diberikan presiden kepada orang-orang yang paling dia percayai," demikian ditulis mingguan Newsweek.
Menjadi perdana menteri dan presiden