'Seperti di Neraka', Curhat Pengungsi Ukraina dalam Antren Panjang di Perbatasan Polandia
Medyka, perbatasan utama antara Polandia dan Ukraina 'secara perlahan pun terbangun', begitu pula puluhan pria dan wanita yang menghabiskan malam.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Namun setelah semalaman menunggu, mereka belum juga terlihat.
Baca juga: Perwakilan RI Diinstruksikan Perbarui Data WNI di Negara yang Berbatasan Langsung dengan Ukraina
"Mereka telah berada di perbatasan selama lebih dari 24 jam. Awalnya, mereka ingin menyeberang dengan berjalan kaki namun sulit, sehingga akhirnya mereka menemukan bus, setidaknya cuacanya tidak sedingin di luar. Namun selama 5 jam terakhir, penjaga perbatasan tidak membiarkan siapapun lewat, tidak jelas alasannya," kata Denis.
Sementara istri dan anak-anak Denis sedang dalam perjalanan untuk bersatu kembali dengannya, ibunya memutuskan untuk menyeberang kembali ke Ukraina.
Ia tidak ingin jauh dari suami dan dua putra lainnya, yang mungkin akan segera menerima panggilan untuk bela negara.
"Ayah saya bertempur di Afghanistan dan ia tahu seperti apa perang itu. Ia siap mengorbankan hidupnya untuk Uni Soviet. Sekarang ia siap mengorbankan hidupnya untuk Ukraina melawan kekuatan baru Rusia. Ini sebuah paradoks, tapi semua orang bisa melihat apa yang dilakukan Rusia. Mereka merebut Krimea, Donbass, sekarang mereka menginginkan Kharkiv," kata Denis.
Denis kemudian menyampaikan bahwa kemungkinan ia juga akan bergabung dalam pertarungan.
Namun pertama-tama, dirinya ingin memastikan istri dan anak-anaknya aman terlebih dahulu.
Baca juga: Indonesia Abstain Beri Veto di Dewan Keamanan PBB Soal Invasi Rusia ke Ukraina, Ini Penjelasan Kemlu
Dalam satu atau dua minggu ke depan, kata dia, jika musuh semakin mendekat ke kampung halamannya di Chernivtsi, ia harus mengangkat senjata.
"Jika mereka semakin dekat ke rumah kami, kami harus kembali dan bertarung. Selama bertahun-tahun, kami telah bekerja untuk membangun negara yang bahkan jika beberapa dari kami pergi, yang lain harus tetap tinggal. Jika semua orang pergi, siapa yang akan membela negara kami?," tegas Denis.
Untuk paruh pertama pada Jumat lalu, ada lebih banyak orang yang menyeberang ke Ukraina dibandingkan yang terlihat meninggalkan perbatasan.
Ini tampak seperti sebuah paradoks yang membingungkan pada saat berlangsungnya eksodus massal.
Pengungsi Ukraina juga mengeluhkan sejumlah hal, mulai dari kurangnya makanan yang tersedia di jalur antara Ukraina dan Polandia hingga cuaca dingin yang parah di wilayah tersebut.
Di tengah kekacauan yang terjadi di perbatasan, para sukarelawan membagikan air, pakaian hangat, dan selimut kepada para wajib militer yang menyeberang ke Ukraina untuk bergabung dalam pertempuran.
Baca juga: Grup Media Ukraina Bersatu Desak Dunia Matikan Channel Rusia
Perlengkapan tersebut juga akan memungkinkan wanita dan anak-anak yang terdampar diantara Polandia dan Ukraina untuk bertahan hidup di hari yang sangat dingin.