Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Resimen Azov, 'Neo-Nazi' Ukraina yang Ingin Ditumpas Habis Vladimir Putin

Senin lalu, penjaga nasional Ukraina memposting sebuah video yang menunjukkan para pejuang Azov melapisi peluru mereka dengan lemak babi

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Mengenal Resimen Azov, 'Neo-Nazi' Ukraina yang Ingin Ditumpas Habis Vladimir Putin
AFP/SERGEY BOBOK
Personel darurat mengevakuasi korban keluar dari balai kota Kharkiv yang rusak pada 1 Maret 2022, hancur akibat penembakan pasukan Rusia. - Alun-alun pusat kota kedua Ukraina, Kharkiv, ditembaki oleh pasukan Rusia yang menyerang gedung pemerintah setempat, kata gubernur regional Oleg Sinegubov. Kharkiv, kota yang sebagian besar berbahasa Rusia di dekat perbatasan Rusia, memiliki populasi sekitar 1,4 juta. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Ketika invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-7, batalion militer sayap kanan Ukraina kembali menjadi sorotan media.

Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menyebutkan kehadiran unit-unit semacam itu di dalam militer Ukraina sebagai salah satu alasan mengapa dirinya meluncurkan apa yang disebut sebagai 'operasi militer khusus' untuk de-militerisasi dan de-Nazifikasi Ukraina.

Senin lalu, penjaga nasional Ukraina memposting sebuah video yang menunjukkan para pejuang Azov melapisi peluru mereka dengan lemak babi untuk digunakan melawan tentara muslim Chechnya, sekutu Rusia yang ditempatkan di negara mereka.

Azov juga terlibat dalam pelatihan warga sipil melalui latihan militer menjelang invasi Rusia.

Baca juga: 24 WNI Enggan Tinggalkan Ukraina, 99 Sudah Dievakuasi ke Polandia dan Rumania

Apa sebenarnya resimen Azov ini?

Dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (2/3/2022), Azov adalah unit militer infanteri semua-sukarelawan sayap kanan yang diperkirakan memiliki anggota 900 ultra-nasionalis.

Berita Rekomendasi

Mereka dituduh menyembunyikan ideologi supremasi neo-Nazi dan kulit putih.

Baca juga: Cegah Invasi Rusia Lewat Jalur Laut, Turki Tutup Selat Bhosporus dan Dardanelles

Unit ini awalnya dibentuk sebagai kelompok sukarelawan pada Mei 2014 dari geng Patriot Ukraina ultra-nasionalis, dan kelompok Majelis Nasional Sosial (SNA) neo-Nazi.

Kedua kelompok itu terlibat dalam cita-cita xenofobia dan neo-Nazi dan menyerang migran secara fisik, komunitas Roma, serta orang-orang yang menentang pandangan mereka.

Baca juga: Maxar Technologies Mampu Memata-matai Pergerakan Pasukan Militer Rusia Lewat Satelit WorldView

Sebagai batalion, kelompok tersebut bertempur di garis depan melawan separatis pro-Rusia di Donetsk, wilayah timur Ukraina.

Tepat sebelum melancarkan invasinya, Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah yang dikuasai pemberontak di Donbass, yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR).

Baca juga: Peneliti Sadap Layanan Online dan Situs Medsos Ukraina untuk Kumpulkan Aktivitas Perang

Beberapa bulan setelah merebut kembali kota pelabuhan strategis Mariupol dari separatis yang didukung Rusia, unit tersebut secara resmi diintegrasikan ke dalam Garda Nasional Ukraina pada 12 November 2014, dan mendapat pujian tinggi dari Presiden yang menjabat saat itu, Petro Poroshenko.

"Ini adalah pejuang terbaik kami, relawan terbaik kami," kata Poroshenko pada upacara penghargaan 2014 lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas