Ketegangan di China, Taiwan Lipatgandakan Produksi Rudal
Negeri Chiang Kai Sek ini terus meningkatkan kekuatan tempur di tengah apa yang dilihatnya sebagai ancaman militer yang meningkat dari China daratan.
Editor: Hendra Gunawan
Beijing tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau yang dikelola secara demokratis di bawah kendalinya.
Dituduh Galang Kekuatan
Beberapa jam sebelum Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina timur, Amerika Serikat (AS) menuding Moskwa dan Beijing menggalang kekuatan untuk menciptakan tatanan dunia yang "sangat tidak liberal". Krisis Ukraina-Rusia menjadi tantangan besar bagi China dari banyak segi.
Hubungan diplomatik yang semakin mesra antara Rusia dan China dapat dilihat dari kehadiran Presiden Putin di ajang Olimpiade Musim Dingin di Beijing. Putin tercatat sebagai salah satu dari segelintir pemimpin dunia yang hadir.
Penting dicatat, Putin menunggu sampai Olimpiade Musim Dingin berakhir sebelum mengakui kemerdekaan dua wilayah pemberontak di Ukraina timur dan mengerahkan pasukan ke sana. Untuk konsumsi publik, Pemerintah China mendesak kedua pihak mengurangi eskalasi di Ukraina.
Karena bentrokan meningkat, bagaimana posisi resmi China yang sekarang? Pemerintah China berpendirian tidak bisa tampak mendukung perang di Eropa tetapi pada saat yang sama juga ingin meningkatkan hubungan militer dan strategis dengan Moskwa.
Baca juga: Kapal Induk AS Memasuki Laut China Selatan di Tengah Ketegangan antara China dan Taiwan
Mitra dagang terbesar Ukraina adalah China dan Beijing ingin mempertahankan hubungan baik dengan Kiev tapi hal itu mungkin sulit dipertahankan karena China bersekutu dekat dengan Pemerintah Rusia yang mengirimkan pasukan ke wilayah Ukraina.
Ada pula risiko China menghadapi pukulan di sektor perdagangan dari Eropa Barat jika dianggap mendukung agresi Rusia.
Perubahan kebijakan luar negeri China?
Selain itu, para pemimpin China mengekang diri agar negara itu tidak turun tangan dalam masalah dalam negeri negara lain dan mengharapkan negara-negara lain tidak mencampuri urusan dalam negerinya.
Dalam kicauannya, diplomat ternama Liu Xiaoming kembali menegaskan bahwa China tidak pernah "menyerbu negara-negara lain atau terlibat dalam perang proksi," seraya menambahkan China memegang komitmen terhadap perdamaian.
Namun pekan lalu, dalam langkah yang mengejutkan, China abstain dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina.
Sejumlah analis sebelumnya memperkirakan Beijing akan mengikuti langkah Rusia memveto mosi, tapi fakta bahwa China tidak melakukan veto dinilai sebagai "kemenangan bagi Barat"--dan menjadi isyarat sikap tak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Namun demikian, China jauh dari mengecam situasi yang terjadi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin bahkan menolak menggunakan istilah "invasi" untuk mendeskripsikan apa yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.