Peraih Nobel Perdamaian Rusia akan Sumbangkan Medali untuk Pengungsi Ukraina
Jurnalis dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2021, Dmitry Muratov akan melelang medalinya untuk mengumpulkan dana bagi pengungsi Ukraina.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis Rusia yang menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2021 berencana menyumbangkan medali bergengsinya.
Dmitry Muratov, salah satu editor surat kabar independen Novaya Gazeta, akan melelang penghargaannya untuk mengumpulkan dana bagi pengungsi Ukraina.
"Novaya Gazeta dan saya telah memutuskan untuk menyumbangkan Medali Hadiah Nobel Perdamaian 2021 ke Dana Pengungsi Ukraina," tulis Muratov di koran pada hari Selasa (22/3/2022), sebagaimana dilansir Al Jazeera.
“Sudah ada lebih dari 10 juta pengungsi. Saya meminta rumah lelang untuk menanggapi dan menyiapkan untuk melelang penghargaan yang terkenal di dunia ini.”
Surat kabar Muratov adalah salah satu media Rusia terakhir yang mengkritik Kremlin dan mengecam perang terhadap Ukraina.
Baca juga: Rusia Hentikan Negosiasi Damai dengan Jepang soal Kepulauan Kuril, Sebut Tokyo Ingin Rugikan Moskow
Baca juga: Selamat dari Holocaust, Pria 96 Tahun Ini Tewas dalam Serangan Rusia di Ukraina
Tapi setelah pemerintahan Presiden Vladimir Putin menindak media independen dan pada dasarnya melarang wartawan menggunakan kata "perang" untuk menggambarkan kampanye militer Moskow, surat kabar itu mengatakan pada awal Maret akan menghapus beberapa materi yang berkaitan dengan Ukraina.
Pekan lalu, halaman depan Novaya Gazeta memuat gambar protes anti-perang editor berita, yang melihat dia mengutuk tindakan Rusia selama siaran berita televisi negara, tetapi mengaburkan bagian dari slogan poster.
Muratov dan Novaya Gazeta sebelumnya mengatakan lima hal yang perlu segera dilakukan: “Hentikan pertempuran api, tukar tahanan, bebaskan mayat, berikan koridor dan bantuan kemanusiaan, dan dukung pengungsi.”
Novaya Gazeta telah menjadi salah satu dari sedikit media yang tersisa yang menerbitkan sudut pandang yang bertentangan dengan Kremlin.
Sejak tahun 2000, enam jurnalis dan kontributornya terbunuh, termasuk reporter investigasi Anna Politkovskaya.
Muratov, yang memenangkan penghargaan bersama dengan Maria Ressa dari Filipina, salah satu pendiri situs berita Rappler, mendedikasikan Hadiah Nobelnya tahun lalu untuk mereka yang telah "mati membela hak orang atas kebebasan berbicara".
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya dan membasmi apa yang digambarkannya sebagai nasionalis berbahaya.
Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras dan Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya untuk memaksanya menarik pasukannya.
Senjata Kimia