Demi Kesepakatan Damai dengan Rusia, Zelensky Siap Bahas Status Wilayah Donbass
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap untuk membahas status netral.
Penulis: Nuryanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap untuk membahas status netral.
Hal tersebut sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia.
Namun, kata dia, langkah ini harus dijamin oleh pihak ketiga dan dimasukkan ke dalam referendum.
“Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kita. Kami siap untuk melakukannya."
"Ini adalah poin yang paling penting,” ujar Zelensky saat berbicara dengan wartawan Rusia dalam panggilan video yang diterbitkan oleh media lokal pada Minggu (27/3/2022), dilansir Al Jazeera.
Ia mengatakan, invasi Rusia telah menyebabkan kehancuran kota-kota berbahasa Rusia di Ukraina, dan kerusakan itu lebih buruk daripada perang Rusia di Chechnya.
Ukraina sedang membahas penggunaan bahasa Rusia di Ukraina dalam pembicaraan dengan Rusia.
Namun, dia menolak untuk membahas tuntutan Rusia lainnya, seperti demiliterisasi Ukraina.
Baca juga: Bicara Kepada Media Rusia, Zelenskyy: Volnovakha, Mariupol, dan Kota Kecil Dekat Kiev Tidak Ada Lagi
Baca juga: Intelijen Kiev Sebut Rusia Ingin Pecah Ukraina Jadi Dua Negara Seperti Korea
Soal Status Donbass
Zelenskyy menyebut kesepakatan damai tidak akan mungkin terjadi tanpa gencatan senjata dan penarikan pasukan.
Dia mengesampingkan upaya untuk merebut kembali semua wilayah yang dikuasai Rusia dengan paksa, dengan mengatakan itu akan mengarah pada perang dunia ketiga.
Ia ingin mencapai "kompromi" atas wilayah Donbass timur, yang dipegang oleh pasukan yang didukung Rusia sejak 2014.
Baca juga: Lebih dari Satu Bulan Diinvasi, Ini Empat Rahasia Sukses Ukraina Tahan Serangan Rusia
Baca juga: Bagaimana Mesin Propaganda Ukraina Bekerja saat Rusia Menyerang Mereka?
Zelensky mengatakan, pemerintahnya "hati-hati" mempertimbangkan permintaan Rusia atas netralitas Ukraina.
Poin utama perdebatan saat para perunding kedua belah pihak bersiap untuk putaran pembicaraan baru yang bertujuan mengakhiri perang brutal selama sebulan.
“Poin negosiasi ini dapat dimengerti oleh saya dan sedang dibahas, sedang dipelajari dengan cermat,” ungkapnya, Minggu, dikutip dari NDTV.
Pergeseran Fokus Militer Rusia
Pasukan Rusia di Ukraina telah mengalihkan fokus mereka dari serangan darat yang ditujukan ke ibu kota, Kyiv, menjadi memprioritaskan apa yang disebut Moskow sebagai "pembebasan" wilayah Donbass yang diperebutkan, yang menunjukkan fase baru perang.
Posisi defensif yang diambil baru-baru ini oleh beberapa pasukan Rusia di dekat Kyiv menunjukkan pengakuan akan perlawanan Ukraina yang sangat kuat.
Di sisi lain, pasukan Rusia mungkin bertujuan untuk melanjutkan perang dengan fokus yang lebih sempit, tidak harus sebagai permainan akhir, tetapi sebagai cara untuk berkumpul kembali dari kegagalan awal dan menggunakan Donbass sebagai titik awal baru, kata para analis.
Baca juga: Blinken Sebut Pernyataan Biden Tak Bermaksud Singgung Rezim Rusia, Peskov: Dia Harusnya Jaga Emosi
Baca juga: Qatar dan Saudi Kritik Sikap Standar Ganda Barat, Tetap Netral di Konflik Rusia-Ukraina
Diberitakan Al Jazeera, para pejabat Amerika mengatakan mereka melihat bukti para pembela Ukraina melakukan serangan di beberapa daerah.
Awal pekan ini, Ukraina berhasil menyerang sebuah kapal besar Rusia di pelabuhan di pantai Laut Hitam.
Sementara, wakil kepala staf umum Rusia mengatakan, pasukannya sebagian besar telah mencapai “tujuan utama” dari fase pertama dari apa yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus” di Ukraina.
Kolonel Jenderal Sergei Rudskoi mengatakan, pasukan Rusia telah "sangat mengurangi" kekuatan tempur militer Ukraina.
Lalu, sebagai hasilnya pasukan Rusia dapat fokus pada upaya utama untuk mencapai tujuan utama, yakni pembebasan Donbass.
Baca juga: Republik Rakyat Lugansk Segera Referendum untuk Bergabung ke Federasi Rusia
Baca juga: Pasukan Rusia Kuasai Kota Pekerja PLTN Chernobyl, 3 Orang Tewas
Sebagai tanggapan terhadap Rudskoi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kembali mengimbau Rusia untuk merundingkan diakhirinya perang.
Namun, ia dengan tegas mengatakan Ukraina tidak akan setuju untuk menyerahkan wilayahnya demi perdamaian.
“Integritas wilayah Ukraina harus dijamin,” katanya.
"Artinya, kondisinya harus adil, karena orang-orang Ukraina tidak akan menerimanya jika tidak," jelas dia.
Baca juga: Platform Pertukaran Cryptocurrency Kumpulkan Dana Bagi Warga Ukraina yang Terdampak Invasi Rusia
Baca juga: Zelenskyy: Pasukan Rusia Rusak Setidaknya 59 Situs Spiritual Di Ukraina
Diketahui, sejak awal invasi pada 24 Februari 2022, Putin secara terbuka menggambarkan tujuan militernya di Ukraina.
Dia mengatakan tujuannya adalah untuk "demiliterisasi" dan " de-Nazify " pemerintah serta "membebaskan" Donbass, yang sebagian telah berada di bawah kendali separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Putin menempatkan lebih dari 150.000 tentara di perbatasan Ukraina dan kemudian mendorong mereka ke berbagai pendekatan menuju beragam tujuan, daripada berkonsentrasi pada satu tujuan strategis seperti Kyiv atau Donbass.
(Tribunnews.com/Nuryanti)