Joe Biden Bawa 'Contekan' saat Konferensi Pers setelah Beberapa Kali Salah Bicara Soal Putin
Joe Biden terlihat memegang lembar contekan saat ia mengklarifikasi klaimnya soal Presiden Rusia Vladimir Putin "tidak boleh tetap berkuasa".
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden terlihat memegang lembar contekan saat ia mengklarifikasi klaimnya soal Presiden Rusia Vladimir Putin "tidak boleh tetap berkuasa".
Dilansir The Telegraph, komentar Biden dalam pidatonya di Warsawa, Polandia pada akhir pekan lalu memicu reaksi internasional.
Tidak lama setelah itu, Gedung Putih mengeluarkan klarifikasi bahwa AS tidak memiliki strategi untuk merubah rezim di Rusia.
Biden memberi pernyataan soal ucapan kontroversialnya itu di depan wartawan pada Selasa lalu.
Baca juga: Negara Eropa Ramai-ramai Usir Utusan Rusia karena Takut Dimata-matai
Baca juga: Usai Dikabarkan Diracun, Roman Abramovich Terlihat dalam Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina di Istanbul
Presiden AS ini bersikeras bahwa "tidak ada yang percaya" dia berbicara tentang AS yang "menjatuhkan Putin".
Sebuah kertas kecil bertuliskan 'Tough Putin Q&A talking points' nampak dalam genggaman Biden.
Di kertas itu, pembantu Gedung Putih telah mencantumkan beberapa pertanyaan prospektif untuk dijawab oleh presiden.
Salah satunya merujuk pada ketidaksetujuan Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap komentar itu dan pemerintah Inggris yang menilai pernyataan Biden sebuah kesalahan.
Kertas contekan itu, lapor Telegraph, menginstruksikan Biden untuk menanggapi pertanyaan tersebut dengan menegaskan bahwa NATO "tidak pernah lebih bersatu".
Pertanyaan prospektif lain di lembar itu mengatakan: "Jika Anda tidak mengadvokasi perubahan rezim, apa maksud Anda? Bisakah Anda mengklarifikasi?"
Tertulis di kertas itu, para pembantu Gedung Putih menyarankan Biden untuk mengatakan: "Saya mengungkapkan kemarahan moral yang saya rasakan terhadap tindakan orang ini. Saya tidak mengartikulasikan perubahan kebijakan."
Ini bukan kali pertama Biden, yang dikenal kerap melakukan kesalahan verbal, terlihat membawa kertas contekan saat bicara kepada wartawan.
Presiden berusia 79 tahun ini secara teratur mengeluarkan kartu kecil dari saku jaketnya untuk menjelaskan statistik yang berkaitan dengan pengumuman kebijakannya.
Baca juga: DK PBB: 3,9 Juta Warga Ukraina Melarikan Diri ke Luar Negeri Selama Sebulan Terakhir
Baca juga: FBI: Peretas Rusia Intai Sistem Energi AS, Timbulkan Ancaman bagi Keamanan Nasional
Biden juga disebut membawa lembar contekan selama pertemuan puncaknya dengan Putin di Swiss tahun lalu.
Kebiasaan Biden mengeluarkan pernyataan di luar naskah mengharuskan pembantu Gedung Putih tanggap melakukan klarifikasi.
Klarifikasi serupa dikeluarkan ketika Biden mengisyaratkan bahwa Putin tidak akan menghadapi dampak serius jika melakukan "serangan kecil" ke Ukraina.
Kendati demikian, Biden bukanlah presiden AS pertama yang isi contekannya berhasil ditangkap oleh pers.
Donald Trump pernah diejek setelah tertangkap basah memegang lembar contekan selama bertemu dengan korban kekerasan senjata.
Lembar itu termasuk daftar pertanyaan untuk ditanyakan kepada tamunya, termasuk isyarat untuk memberi tahu mereka bahwa "Saya memahami Anda".
Hal itu membuat para kritikus mengklaim bahwa Trump tidak memiliki empati.
Biden Peringatkan Dampak Perang Ukraina-Rusia
Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa perang di Ukraina mengancam "tatanan internasional berbasis aturan", termasuk di kawasan Asia-Pasifik.
Berbicara di Gedung Putih pada Selasa (29/3/2022) bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Biden mengatakan semua negara memiliki hak atas integritas teritorial dan kedaulatan terlepas dari ukuran atau populasi mereka.
"Jelas bahwa perang Putin tidak dapat diterima oleh negara-negara di setiap wilayah di dunia – tidak hanya di Eropa tetapi di setiap wilayah di dunia," kata Biden kepada wartawan.
"Ini adalah serangan terhadap prinsip-prinsip inti internasional yang mendukung perdamaian dan keamanan dan kemakmuran di mana-mana," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Pertemuan itu terjadi saat AS menekan China jika membantu Rusia atas invasinya di Ukraina.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)