Profil Alexander Dvornikov, Komandan Perang Baru Rusia, Dijuluki Penjagal Suriah
Sosok Alexander Dvornikov, komandan perang baru Rusia yang ditunjuk Putin. Ia dijuluki sebagai penjagal Suriah.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
Dvornikov juga telah diberi tanggung jawab untuk mengawasi Laut Hitam dan semenanjung Krimea, yang direbut oleh Rusia pada 2014.
Baca juga: Imbas Konflik Rusia Vs Ukraina, Harga Pangan Dunia Cetak Rekor Tertinggi, Picu Krisis Global
Baca juga: Sanksi Makin Bertambah, Jepang Umumkan Larangan Impor Batu Bara dari Rusia
Dvornikov, yang saat ini berusia 60 tahun, merupakan komandan pertama operasi militer Rusia di Suriah usai Putin mengirim pasukannya ke sana pada September 2015 untuk mendukung pemerintah Presiden Bashar Al-Assad, sebagaimana dilansir CNN.
Di bawah komando Dvornikov, pesawat Rusia membombardir lingkungan padat penduduk dan menyebabkan banyak korban sipil.
Tak hanya itu, penggunaan senjata kimia juga dilakukan selama invasi Rusia ke Suriah untuk mendukung rezim Assad.
Mengutip Metro, Dvornikov dianugerahi penghargaan militer tertinggi Rusia pada 2016.
Seorang pejabat anonim mengatakan, dipilihnya Dvornikov lantaran ia memiliki banyak pengalaman operasi-operasi Rusia di Suriah.
Karena itu, ia diharapkan bisa mengatur kembali Distrik Militer Selatan menjadi kelompok kekuatan gabungan yang mampu beroperasi secara efektif di darat, laut, dan udara.
Diduga Dalang di Balik Serangan Kramatorsk
Alexander Dvornikov diyakini dalang di balik penembakan mengerikan di stasiun kereta api yang dipenuhi wanita dan anak-anak.
Serangan rudal itu menewaskan sedikitnya 52 orang dan 300 lainnya terluka di Kramatorsk di wilayah timur Donetsk, menurut laporan pejabat Barat.
Baca juga: Simak 3 Alasan Indonesia Abstain dalam Voting Penangguhan Rusia dari Dewan HAM PBB
Baca juga: Pakar Nilai Tepat Indonesia Abstain dalam Voting Penangguhan Rusia dari Dewan HAM PBB
Dikutip dari Mirror, sisa-sisa rudal ditemukan di dekat jasad warga sipil dengan tulisan "untuk anak-anak" dalam bahasa Rusia.
Insiden ini dianggap Ukraina sebagai serangan yang disengaja oleh pasukan Rusia.
"Mereka ingin menebar kepanikan dan ketakutan, mereka ingin mengambil sebanyak mungkin warga sipil," katanya, seraya menambahkan bahwa ribuan warga sipil berada di stasiun ketika roket menghantam.
Pavlo Kyrylenko, gubernur wilayah Donetsk di mana Stasiun Kramatorsk berada, mengklaim roket yang menghantam stasiun itu berisi munisi tandan yang meledak di udara, kemudian menyemprotkan bom kecil yang mematikan ke area yang lebih luas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.