PBB: 35 Orang Diduga Tewas setelah Kapal Imigran Terbalik di Lepas Pantai Libya
PBB mengatakan enam jenazah telah ditemukan sementara 29 lainnya hilang dan diduga tewas setelah kapal imigran terbalik di lepas pantai Libya.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Badan Migrasi PBB pada Sabtu (16/4/2022) mengatakan, sedikitnya 35 orang diperkirakan tewas setelah sebuah kapal terbalik di lepas pantai Libya.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan kapal itu tenggelam di lepas kota Sabratha, Libya barat, titik peluncuran utama bagi orang-orang dari Afrika yang berusaha melakukan pelayaran berbahaya melintasi Mediterania.
Dikutip dari Al Jazeera, IOM mengatakan enam jenazah telah diangkat dari laut sementara 29 lainnya hilang dan diduga tewas.
Belum diketahui jelas apa yang menyebabkan kapal kayu itu terbalik pada Jumat (15/4/2022).
“Kehilangan nyawa yang terus berlanjut di Mediterania tidak boleh dinormalisasi, nyawa manusia adalah biaya kelambanan,” cuit IOM.
Baca juga: Disorot soal Serangan ke Ukraina, Menlu Rusia Singgung Invasi AS ke Irak, Libya dan Suriah
“Kapasitas pencarian dan penyelamatan khusus dan mekanisme pendaratan yang aman sangat dibutuhkan untuk mencegah kematian dan penderitaan lebih lanjut," jelasnya.
Insiden pada hari Jumat adalah yang terbaru yang melibatkan para migran yang berangkat dari Afrika Utara untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Dalam seminggu terakhir saja, setidaknya 53 orang dilaporkan tewas atau diduga tewas di lepas pantai Libya, menurut IOM.
Awal bulan ini, lebih dari 90 orang di kapal yang penuh sesak tenggelam di Laut Mediterania, beberapa hari setelah mereka meninggalkan Libya, menurut kelompok bantuan Doctors Without Borders.
Jadi Rute Transit Utama Migran
Libya telah menjadi rute transit utama bagi para migran yang mencoba mencapai Eropa melalui laut sejak kekacauan meletus di negara Afrika Utara itu setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan penguasa lama Muammar Gaddafi.
Selama bertahun-tahun, PBB dan kelompok hak asasi manusia telah berulang kali memperingatkan bahwa para migran di Libya berisiko mengalami penyiksaan, pelecehan seksual, dan perdagangan manusia.
Baca juga: Krisis di Libya Memanas Usai PM Dbeibah Dilengserkan Paksa
Para penyelundup manusia dalam beberapa tahun terakhir telah diuntungkan dari kekacauan di Libya, penyelundupan manusia melintasi perbatasan panjang negara kaya minyak itu dengan enam negara.
Para migran kemudian biasanya dikemas ke dalam perahu karet yang tidak lengkap dan berangkat dalam perjalanan laut yang berisiko.
Penyelidik yang ditugaskan oleh badan hak asasi manusia PBB menemukan bukti kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Libya terhadap migran yang ditahan di penjara yang dikelola pemerintah, dan dianiaya di tangan pedagang manusia.
Setidaknya 476 orang tewas di sepanjang rute Mediterania Tengah antara 1 Januari dan 11 April, menurut badan PBB itu.
(Tribunnews.com/Yurika)